Entri Populer

Kamis, 23 Februari 2012

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA “Suhu Tubuh, Berat Badan, Tinggi Badan, dan Denyut Nadi”

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
“Suhu Tubuh, Berat Badan, Tinggi Badan, dan Denyut Nadi”




DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

SITI JUMROH (3415080203)
LELA JUWITA SARI (3415080205)
RATIH RACHMAYANTI (3415080206)
NURHAYATI (3415081964)
ROSID MARWANTO (3415083259)



PENDIDIKAN BIOLOGI REGULER 2008
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011
A. JUDUL PERCOBAAN
Suhu Badan, Berat Badan dan Tinggi Badan, dan Denyut Nadi

B. TUJUAN
1.      Suhu Badan
-          Mengetahui tempat pengukuran suhu tubuh
-          Mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
-          Mengetahui cara mengukur suhu tubuh
-          Mengukur suhu tubuh

2.      Berat Badan dan Tinggi Badan
-          Mengetahui cara mengukur berat badan dan tinggi badan.
-          Mengukur berat badan dan tinggi badan.
-          Menghitung nilai Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index).

3.      Denyut Nadi
-          Mengetahui tempat pengukuran denyut nadi.
-          Mengetahui karakteristik denyut nadi.
-          Mengetahui cara mengukur denyut nadi.
-          Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi.
-          Melakukan pengukuran denyut nadi.













C. TINJAUAN TEORI
1.      Suhu Tubuh
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin dan hewan berdarah panas. Atau biasa disebut dengan menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Termoregulasi merupakan proses homeostasis untuk menjaga agar suhu tubuh suatu hewan  tetap dalam keadaan stabil atau steady state, dengan cara mengontrol dan mengatur keseimbangan antara banyaknya energi (panas) yang diproduksi (termogenesis) dengan energi (panas) yang dilepaskan (termolisis). (Suripto, 2010).
  Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia. Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. Dan hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Suhu inti adalah suhu didalam bagian tengah tubuh (organ-organ abdomen dan toraks, susunan saraf pusat, dan otot rangka) yang secara homeostatis dipertahankan pada suhu sekitar 37,8oC (Sherwood, 2001).
Pemakaian energi oleh tubuh, menghasilkan panas yang penting dalam pengaturan suhu. Sebagian besar energi makanan akhirnya diubah menjadi energi panas. Perlunya tubuh menghasilkan panas secara internal karena manusia hidup di lingkungan yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuhnya. Pembentukkan panaspun akhirnya bergantung pada peristiwa oksidasi bahan metabolik makanan. Interaksi/pertukaran panas antara hewan dan lingkungannya dapat terjadi melalui empat cara yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Dalam lingkungan akuatik, hewan tidak mungkin melepaskan panas tubuh dengan cara evaporasi. Pelepasan panas melalui radiasi juga sangat kecil kemungkinannya karena air merupakan penyerap radiasi inframerah yang efektif.  (Isnaeni,2006).
Suhu tubuh yang biasa dikatakan normal berkisar pada 37oC. Namun, sebenarnya tidak ada suhu yang normal, karena suhu bervariasi dari organ ke organ. Dalam termoregulatorik, tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti di tengah (central core) dengan lapisan pembungkus di sebelah luar (outer shell). Yang termasuk suhu inti berada pada organ-organ abdomen dan toraks, sistem saraf pusat serta otot rangka. Suhu inti internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh yang harus dipertahankan kestabilannya. Penambahan panas harus seimbang dengan pengurangan panas agar suhu inti tetap stabil. Suhu inti mengandung panas total tubuh maka untuk mempertahankan kandungan panas yang konstan sehingga suhu inti stabil. Pemasukan panas melalui penambahan panas dari lingkungan eksternal dan produksi panas internal. Sedangkan pengurangan panas terjadi melalui pengurangan panas dari permukaan tubuh yang terpejan ke lingkungan eksternal. Biasanya manusia berada di lingkungan yang suhunya lebih dingin daripada tubuh mereka, sehingga ia harus terus menerus menghasilkan panas secara internal untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Pembentukan panas akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar metabolik yang berasal dari makanan (Isnaeni, 2006).
Karena fungsi sel peka terhadap fluktuasi suhu internal, manusia secara homeostatis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal bagi kelangsungan metabolisme yang stabil. Bahkan peningkatan suhu tubuh sedikit saja sudah dapat menimbulkan gangguan fungsi saraf dan denaturasi protein yang ireversibel. Suhu tubuh normal secara tradisional dianggap berada pada 370C (98,60F). Namun sebenarnya tidak ada suhu tubuh “normal” karena suhu bervariasi dari organ ke organ. Dari sudut pandang termoregulatorik, tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti di tengah (central core) dengan lapisan pembungkus di sebelah luar (outer shell). Suhu di inti bagian dalam yang terdiri dari organ-organ abdomen dan toraks, sistem saraf pusat, serta otot rangka, umumnya relative konstan sekitar 37,80C (1000F) . Suhu inti internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh dan menjadi subjek pengaturan ketat untuk mempertahankan kestabilannya. Suhu kulit dapat berfluktuasi antara 200C (680F) dan 400C (1040F) tanpa mengalami kerusakan. Ini karena suhu kulit sengaja diubah-ubah sebagai tindakan kontrol untuk membantu mempertahankan agar suhu di tengah tetap konstan (Sherwood, 2001)
Suhu oral rata-rata adalah 370C (98,60F), dengan rentang normal 36,1 sampai 37, 0C (97-990F). Suhu rektum rata-rata sekitar 0,60C (10F) lebih tinggi, yaitu 37,60C (99,70F), berkisar dari 36,1 sampai 37,80C (97-1000F). ukuran tersebut bukan merupakan petunjuk absolute suhu inti internal, yang rata-rata sekitar 37,80C (1000F). Walaupun suhu inti dipertahankan relatif konstan, terdapat beberapa faktor yang sedikit dapat mengubahnya, antara lain :
1.      Sebagian besar suhu inti manusia dalam keadaan normal bervariasi sekitar 10C (1,80F) selama siang hari, dengan tingkat terendah terjadi di pagi hari sebelum bangun (jam 6-7 pagi) dan titik tertinggi terjadi di sore hari (jam 5-7 sore). Variasi ini disebabkan oleh irama biologis inheren atau “jam biologis”.
2.      Suhu inti wanita juga mengalami irama bulanan dalam kaitannya dengan daur haid. Suhu inti rata-rata 0,50C (0,90F) lebih tinggi selama separuh terakhir siklus dari saat ovulasi ke haid.
3.      Suhu inti meningkat selama olahraga karena peningkatan luar biasa produksi panas oleh otot-otot yang berkontraksi. Selama olahraga berat, suhu inti dapat meningkat sampai setinggi 400C (1040F).
4.      Karena mekanisme pengatur suhu tidak 100% efektif, suhu inti dapat sedikit berubah-ubah jika tubuh terpajan ke suhu yang ekstrim.
Dengan demikian, suhu inti dapat bervariasi antara sekitar 35,60C sampai 400C (960F-1040F), tetapi biasanya menyimpang kurang dari beberapa derajat. Nilai yang relatif konstan ini dimungkinkan oleh adanya berbagai mekanisme termoregulatorik yang dikoordinasikan oleh hipotalamus.
Hipotalamus berfungsi sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat intergrasi termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu di berbagai bagian tubuh dan memulai penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam mekanisme penambahan atau pengurangan panas sesuai dengan keperluan untuk mengkoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari “patokan normal”. Hipotalamus mampu berespons terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01 0C. tingkat respons hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara sangat cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sangat sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan suhu ke normal (isnaeni, 2006).
Untuk membuat penyesuaian-penyesuaian hingga terjadi keseimbangan antara mekanisme pengurangan panas dan mekanisme penambahan serta konservasi panas, hipotalamus harus secara terus menerus mandapat informasi mengenai suhu kulit dan suhu inti melalui reseptor-reseptor khusus yang peka suhu yang disebut termoreseptor. Termoreseptor perifer memantau suhu kulit di seluruh tubuh dan menyalurkan informasi mengenai perubahan suhu permukaan ke hipotalamus. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral, yang terletak di hipotalamus itu sendiri serta di tempat lain di susunan saraf pusat dan organ-organ abdomen (Isnaeni, 2006).
 Di hipotalamus terdapat dua pusat pengaturan suhu. Regio posterior diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memici reflex-refleks yang memperantarai produksi panas dan konservasi panas. Regio anterior, yang memperantarai pengurangan panas(Sherwood, 2001).

Jalur Termoregulasi Utama

 


















2.    Berat Badan dan Tinggi Badan
Kegemukan dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Namun, keduanya sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai indeks masa tubuh di atas normal.
Microbial community atau komunitas mikrobia merupakan sekelompok mikroba yangt hidup pada suatu bagian tubuh tertentu pada manusia. Keberadaan mikroba ini dapat menyebabkan terjadinya obesitas. Contohnya serat didalam usus besar akan terkonvensi menjadi glukosa dengan bantuan mikroorganisme yang menghasilkan enzim selulase akan terurai menjadi SCFA (Sort Chain Fatty Acid), CO2 dan H2. Keberadaan CO2 dan H2 ini akan menekan kadar SCFA. CO2 dan H2 ini dapat meembentuk CH4 bila terdapat bakteri meatanoge Methanobacterium smithii. Bila jumlah Methanobacterium smithii berlebih, maka produksi SCFA di dalam usus besar akan meningkat karena sebagian besar CO2 dan H2 akan terkonvensi menjadi CH4. Akibatnya SCFA akan tertimmbun di dalam tubuh dan teerjadilah obesitas. Jadi, tidak menutup kemungkinan seseorang vegetarian dapat mengalami obesitas walaupun dia hanya menkonsumsi seraat atau sayur bila jumlah Methanobacterium smithii berlebih di dalam tubuh. Obesitas adalah penimbunan lemak yang berlebihan pada jaringan tubuh. Obesitas dapat dikenali dengan tanda dan gejala sebagai berikut: dagu rangkap, leher relative pendek, dada yang menggembung dengan payudara yang membesar mengandung lemak, perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat seta kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan pangkal paha bagian dalam saling menempel menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau tak sedap.
Studi tentang pasien gemuk sekali menunjukkan bahwa suatu proporsi kegemukan yang sangat besar diakibatkan oleh faktor pshychogenic. barangkali faktor pshychogenic yang paling umum contributingto kemegukan menjadi gagasan yang lazim yang sehat makan kebiasaan memerlukan tiga makanan [adalah] suatu hari dan bahwa masing-masing makanan harus mengisi. (Guyton :2001)
Penderita obesitas mengalami penumpukan lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan penderita kegemukan untuk jangka waktu yang lama, dan beresiko lebih tinggi untuk terkena beberapa penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus tipe 2 dan sebagainya.
Obesitas menyebabkan peradangan yang merusakkan gondok, yang mana mengeluarkan hormon untuk mengatur metabolisme dan fungsi penting lain. mereka mengevaluasi 186 di atas berat/beban dan anak-anak gemuk sekali untuk sekitar tiga tahun, menguji thryoid hormon mengukur dan zat darah penyerang kuman gondok dan imaging kelenjar/penekan yang gondok menggunakan ultrasound. Penanganan obesitas mempunyai beberapa cara tatalaksana diet, adalah tetap menyediakan makanan dengan nutrient yang cukup optimum (nutrisi seimbang), serta yang perlu diperhatikan adalah membiasakan hidup sehat. Hanya dalam mengeliminasi makanan kecil, mengurangi makanan mengandung tinggi gula / lemak atau minum-minuman manis dapat menghasilakn penurunan berat badan. Cara mengatur makanan lain yaitu dengan cara diet traffic light, makanan dibagi dalam kelompok seperti warna traffic light. Makanan-makanan dikategorikan kedalam makanan hijau yaitu makanan yan dapat dimakan dalam jumlah tanpa batas, sebagai contoh makanan non fat/low fat adalah : ikan, sebagian besar buah-buahan dan sayur-sayuran, susu rendah/bebas lemak, keju bebas lemak. Makanan kuning, seperti gandum, ubi rambat. Makanan dalam kategori kuning boleh dikonsumsi secara terbatas yaitu hanya dalam waktu makan. Yang termasuk makanan merah adalah makanan yang tidak boleh dimakan atau boleh dimakan hanya seminggu sekali, meliputi : makanan tinggi lemak, kacang-kacangan, margarine, cokelat, makanan digoreng. Diet dengan cara mengurangi konsumsi makanan dalam kelompok makanan merah menunjukkan keberhasilan bila dikombinasikan dengan komponen perubahan perilaku dan aktifitas fisik. Diet tersebut sama dengan diet rendah lemak jenuh, gula dan garam, serta makan banyak sayuran dan buah. Ketika di atas berat badan mencoba untuk menyimpan semua untuk mampu memberi makan dirinya sendiri lebih baik, tetapi yang semakin gemuk mengenakan semakin itu berpikir harus mendukung berat/beban ekstra. ketika badan adalah di bawah berat/beban dan ilmu gizi bukanlah suatu masalah sangat mencoba untuk menyimpan semua gemuk, metabolisme adalah tinggi/kelebihan di dalam makanan dan kamu lewat segalanya selain itu, yang gemuk ketika kamu mempunyai semua jenis ilmu gizi dan makanan yang nampaknya tanpa akhir.
Beberapa cara untuk menentukan obesitas diantaranya desintrometri, pengukuran total kalium tubuh, total air tubuh, USG,CT,MRI, pengukuran antropometri dengan mengkur berat badan total, tinggi badan, tebal lemak subkutis, anjang lingkar bagian tubuh tertentu, dan perhitungan berdasarkan nilai angka antropometri, diantaranya BMI,WHR, indeks ponderal, indeks broca, v/s,w/sks/,tetapi semuanya belum dapat digunakan sebagai standar utama mengukur total lemak tubuh. Cara yang paling sering digunakan diklinik dan dilapangan dalam menetukan obesitas adalah mengukur berat badan relative (berat badan subyek dibagi berat badan standar untuk tinggi tertentu), dan indeks masa tubuh (IMT/BMI), berat dibagi kuadrat tinggi badan. Dari segi makanan, hendaknya untuk sementara mengurangi atau sementara mmengurangi atau bahkan bahkan menghindari makanan yang berlemak, begitu juga makanan yang manis-manis. Makanan sumber lemak tinggi banyak terdapat makanan “fast foot” dan lain-lain yang memiliki kontribusi terhaadap kegemukan. Sangat dianjurkan mengkonsumsikan makanaan bersderta tinggi. Serat makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti sayuran dan buah-buahan mempunyai efek mengenyangkan dan relative rendah kalori tetapi kaya akan vitamin dan mineral. Satuan standard energi menjadi kalori, menggambarkan sebagai temperatur 1 g air 1 derajat tingkat, dari 15 [bagi/kepada] 16 celcius, apakah unit kalori gram, kalori kecil, atau kalori standard. unit yang biasanya yang digunakan di dalam phsyology dan obat kedokteran menjadi kalori, atau kilokalori. ( w.f.ganong: 2000).
3.      Denyut Nadi
Nadi perifer adalah gelombang yang berjalan dalam pembuluh darah arteri akibat keluarnya sejumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri (stroke volume) ke arah dinding aorta. Dinding aorta mengalami disternsi setiap kali terjadi stroke volume sehingga menimbulkan gelombang denyut yang berjalan dengan cepat dalam pembuluh arteri (Murtiati et all, 2010).
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat di mana arteri melintasi sebuah tulang yang terletak dekat permukaan. Seperti misalnya: arteri radialis di sebelah depan pergelangan tangan, arteri temporalis di atas tulang temporal, atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Yang teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke dalam aorta melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat lebih cepat daripada darah itu sendiri (Evelyn, 2006).
Ada 2 faktor yang bertanggung jawab bagi kelangsungan denyutan yang dapat dirasakan, yaitu:
1.      Pemberian darah secara berkala dengan selang waktu pendek dari jantung ke aorta, yang tekanannya berganti-ganti naik turun dalam pembuluh darah. Bila darah mengalir tetap dari jantung ke aorta, tekanan tetap, sehingga tidak ada denyutan.
2.      Elastisitas dinding arteri yang memungkinkannya meneruskan aliran darah dan aliran balik. Bila dinding tidak elastis, seperti dinding sebuah gelas, masih tetap ada pergantian tekanan tinggi rendah dalam sistol dan diastol ventrikel, namun dinding tersebut tidak dapat melanjutkan aliran dan mengembalikan aliran sehingga denyut pun tidak dapat dirasakan.
Setiap kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri akan mnyebabkan perubahan tekanan pada arterinya yang ditunjukkan dengan membesar mengecilnya arteri, disebut juga denyut nadi.
Denyut nadi dapat dipakai sebagai tolok ukur kondisi jantung. Jadi, penting untuk diketahui. Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba) di permukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Frekuensi denyut nadi pada umumnya sama dengan frekuensi denyut/detak jantung. Normalnya denyut nadi sama dengan kecepatan denyut jantung. Kecepatan denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60 – 100 kali per menit.
Kecepatan normal denyut nadi (jumlah debaran setiap menit):
Pada bayi yang baru lahir        140
Selama tahun pertama             120
Selama tahun kedua                110
Pada umur 5 tahun                  96 – 100
Pada umur 10 tahun                80 – 90
Pada orang dewasa                 60 – 80 (Evelyn, 2006).
Denyut Nadi yang Perlu Diketahui
a.       Nadi Basal (nadi saat baru bangun tidur, sebelum bangkit dari tidur)
b.      Nadi Istirahat (nadi waktu tidak bekerja)
c.       Nadi Latihan (nadi saat latihan fisik)
Nadi Pemulihan (nadi setelah selesai latihan fisik).
Tempat Meraba Denyut Nadi  
            Ada beberapa tempat yang dapat digunakan mengukur denyut nadi, antara lain radialis, temporalis, karotid, brachialis, femoralis, popliteal, tibia posterior, dan pedal. Kecepatan denytu nadi normal pada orang dewasa adalah 60 – 100 kali/ menit. Denyut nadi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, status kesehatan, obat-obatan, kondisi emosional (stress), dan lain-lain (Murtiati et all, 2010).
Denyut nadi dapat dipalpasi pada beberapa tempat, misalnya:
a.       Di pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan (arteri radialis).
b.      Di leher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoideus (arteri carolis).
c.       Di dada sebelah kiri, tepat di apex jantung (arteri temperalis)
d.      Di pelipis
Hal-hal yang Dapat Diperiksa pada Denyut Nadi
a.       Frekuensinya
b.      Isinya
c.       Iramanya (teratur/tidak teratur)
·         Frekuensi nadi akan meningkat bila kerja jantung meningkat.
·         Bila kita berlatih, maka dengan sendirinya frekuensi denyut nadi akan semakin cepat sampai batas tertentu sesuai dengan beratnya latihan yang dilakukan.
·         Setelah latihan selesai, frekuensi nadi akan turun lagi.
·         Orang yang terlatih, nadi istirahatnya lebih lambat dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih.


Cara Menghitung Denyut Nadi
            Penghitungan denyut nadi secara manual dapat dilakukan dengan cara:
a.       Nadi dihitung selama 6 detik; hasilnya dikalikan 10 atau
b.      Nadi dihitung selama 10 detik; hasilnya dikalikan 6 atau
c.       Nadi dihitung selama 15 detik; hasilnya dikalikan 4 atau
d.      Nadi dihitung selama 30 detik; hasilnya dikalikan 2.
      Pada orang dewasa normal, denyut nadi saat istirahat berkisar antara 60 - 80 denyut setiap menit. Penghitungan denyut nadi juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut “Pulse-Monitor” atau “Pulse-Meter”, yaitu alat elektronik yang dapat digunakan untuk mengukur frekuensi nadi setiap menit.
Panjang Denyut Nadi
Istilah panjang digunakan untuk menjelaskan bahwa denyut nadi tipe ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: bagian pertama adalah awal denyut, bagian kedua adalah puncak denyut dan bagian ketiga adalah akhir denyut.
Denyut nadi pendek (short pulse) apabila denyut tidak mampu mengisi ruangan di bawah tiga jari yang digunakan untuk memeriksa dan biasanya terasa hanya pada satu posisi jari saja.Denyut ini seringkali menunjukkan kekurangan Chi.
Denyut nadi panjang (long pulse) adalah lawan dari denyut nadi pendek. Denyut ini terasa pada posisi bagian pertama dan bagian ketiga; di mana hal itu, apabila terjadi terus-menerus dan terasa makin dekat dengan tangan atau akan naik ke siku. Apabila denyut ini mempunyai kecepatan dan kekuatan normal, maka hal ini menunjukkan bahwa pasien sehat. Akan tetapi jika disertai dengan denyut nadi liat dan denyut nadi ketat maka menunjukkan kondisi kelebihan.
Irama Denyut Nadi
Istilah irama digunakan untuk menjelaskan bahwa denyut nadi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: bagian pertama adalah tarik nafas dan buang nafas yang pertama kali, bagian kedua adalah tarik nafas dan buang nafas yang kedua kali dan bagian ketiga adalah tarik nafas dan buang nafas yang ketiga kali.
Denyut nadi tersimpul (knotted pulse) adalah lambat, denyut tidak teratur dan ketukannya terputus-putus. Denyut ini menunjukkan bahwa dingin menghambat chi dan darah, yang mungkin memberi indikasi kekurangan chi, kurang darah, atau Jing. Denyut ini seringkali menunjuk bahwa jantung tidak mampu mengatur darah dengan baik, dan makin banyak interupsi pada irama, menunjuk makin parah kondisi.
Denyut nadi terburu-buru (hurried pulse) adalah denyut cepat dengan irama yang meloncat-loncat tidak teratur. Hal ini merupakan pertanda bahwa panas menyerang chi dan darah.
Denyut terputus-putus (intermittent pulse) biasanya mempunyai irama meloncat lebih dari dua kali denyut, tetapi mempunyai pola tetap dan diasosiasikan dengan organ jantung, yang mengalami ketidakharmonisan, atau dapat juga menunjukkan organ-organ lain yang terlalu lelah.
Denyut nadi tersimpul, denyut nadi terburu-buru dan denyut nadi terputus-putus seringkali terkait dengan jenis kelamin, dan dalam banyak kasus tidak berhubungan dengan ketidak harmonisan dalam tubuh.
Denyut nadi moderat (moderate pulse) adalah suatu denyut nadi yang bagus atau sempurna, kondisi badan sehat dan terjadi keseimbangan yang sempurna - normal pada kedalaman, kecepatan, kekuatan dan lebar denyut nadi. Kondisi ini sangat jarang terjadi, karena dalam banyak hal, denyut nadi juga dipengaruh oleh faktor usia.




















D. METODOLOGI
1.      Suhu Tubuh
      Praktikum mengenai suhu tubuh dilakukan pada hari kamis tanggal 24 Maret 2011 di Laboratorium Fisiologi UNJ.
·         Alat dan Bahan
Termometer aksila, Termometer oral, Jam, Tissue, Alkohol 70 %, dan Air es
·         Cara Kerja
1.       Pengukuran Suhu Tubuh pada aksila.
a.       Termometer aksila disiapkan. Termometer dikeringkan dan dibersihkan sebelum digunakan. Air raksa dalam thermometer diturunkan sampai di bawah garis terendah.
b.      Termometer aksila dibersihkan dan dikeringkan.
c.       OP duduk dengan tenang. Termometer diletakkan pada permukaan aksila dengan tangan OP disilangkan di dada. Biarkan selama 5 menit, kemudian termometer diangkat dan dikeringkan dengan tissue. Hasil pengukuran pada termometer dibaca dengan mata sejajar dan hasil pengukurannya dicatat.
d.      Air raksa dalam termometer diturunkan kembali sampai dibawah garis terendah.
e.       OP melakukan aktivitas olahraga selama 10 menit.
f.       Termometer aksila dibersihkan dan dikeringkan.
2.         Pengukuran Suhu Tubuh pada oral.
a.       Termometer oral disiapkan. Termometer dikeringkan dan dibersihkan sebelum digunakan dan air raksa dalam thermometer diturunkan sampai dibawah garis terendah.
b.      OP duduk dengan tenang, sambil bernapas seperti biasa tetapi mulut dalam keadaan tertutup. Termometer diletakkan di bawah lidah dan mulut dalam keadaan tertutup dan dibiarkan selama 5 menit, kemudian termometer diangkat dan dikeringkan dengan tissue. Hasil pengukuran dibaca dan dicatat.
c.       OP duduk dengan tenang sambil bernapas dengan mulut dalam keadaan terbuka selama 2 menit. Termometer diletakkan di bawah lidah dan mulut dalam keadaan tertutup. Termometer dibiarkan selama 5 menit kemudian diangkat dan dikeringkan. Hasil pengukuran dibaca dan dicatat.
d.      Pengukuran dilanjutkan sampai 10 menit, hasil pengukuran dibaca dan dicatat.
e.       OP duduk dengan tenang sambil berkumur dengan air es selama 1 menit. Termometer diletakkan di bawah lidah dan mulut dalam keadaan tertutup. Termometer dibiarkan selama 5 menit kemudian diangkat dan dikeringkan.
Pengukuran dilanjutkan sampai 10 menit, kemudian termometer diangkat dan dikeringkan. Hasil pengukuran dibaca dan dicatat.

2.      Berat Badan dan Tinggi Badan
      Praktikum mengenai berat badan dan tinggi badan  dilakukan pada hari kamis tanggal 24 Maret 2011 di Laboratorium Fisiologi UNJ.
·         Alat :
Timbangan berat badan, alat pengukur tinggi dengan skala centi meter (cm)
·      Cara kerja
Ø         Mengukur berat badan
·      Menyiapkan alat penimbang dan lakukan kalibrasi
·      Menanggalkan semua benda yang mungkin menambah berat badan OP
·      OP berdiri sesuai dengan posisi tubuh normal di atas timbangan, ukur dan catat hasil pengukuran.

Ø         Mengukur tinggi badan
·      Menyiapkan alat pengukur tinggi badan dan lakukan kalibrasi
·      Tanpa menggunakan alas kaki, OP berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan serta tangan disamping
·      Mengukur jarak antara telapak kaki dengan bagian atas kepala. Dan mengusahakan garis jarak sejajar dengan poros tubuh
·      Mencatat hasil pengukuran

Ø         Mengukur berat badan ideal dan Indeks Massa Tubuh
a.     Berat badan ideal = TB – 110 (± 10%)
b.    Indeks  Massa Tubuh = Berat badan (kg)
Tinggi badan2(m)



3.      Denyut Nadi
            Praktikum mengenai denyut nadi dilakukan pada hari kamis tanggal 24 Maret 2011 di Laboratorium Fisiologi UNJ. Alat yang digunakan adalah penghitung waktu yaitu dapat berupa jam. Praktikum ini dilakukan terhadap b objek penelitian (OP).
            Langkah kerja yang dilakukan adalah meminta OP untuk duduk dengan tenang. Kemudian memegang pergelangan tangan OP untuk menentukan letak arteri radialis dengan tepat. Untuk meraba arteri digunakan dua atau tiga jari tangan selain jempol dan kelingking. Menekan dengan lembut hingga jari kita dapat merasakan denyut nadi. Selama pengukuran, beberapa karakteristik denyut nadi seperti kecepatan denyut nadi per menit, keteraturan irama denyut dan kekuatan denyut harus diperhatikan. Latihan diulangi sampai diperoleh hasil yang sama, dan hasil pengukuran dicatat. Lalu meminta OP untuk berolahraga selama 10 menit dan selanjutnya melakukan pengukuran denyut nadi dengan cara yang sama seperti diatas untuk mendapatkan data denyut nadi setelah beraktivitas.




















E. HASIL
1.      Suhu Tubuh
Tabel Hasil Percobaan Pengukuran Suhu Tubuh
No
Nama OP
Usia
Jenis Kelamin
Suhu Aksial (0C)
Suhu Oral (0C)
Istirahat
Aktivitas
Mulut Tertutup
Mulut Buka
Kumur Air Es
5'
10'
5'
10'
1
Regina
20
P
  36.45
36.1





2
Ratih
20
P
37.3
37.1
37.1
36.9
36.7
36.5
36.8
3
Dewi
19
P
37.3
37.2
37.1
37.0
36.9
36.5
36.0
4
Noor
19
L
36.9
37.3





5
Novia
20
P
37.1
37.2
37.2
36.7
37.2
36.9
37.1
6
Stephani
21
P
37.3
37.15





7
Anis
19
P
36.8
37.3





8
Melva
20
P
37.5
37.2






2.      Berat Badan dan Tinggi Badan
Tabel 2. Nilai Berat Badan dan BMI dari 8 OP
No.
Nama OP
Usia
Jenis Kelamin
Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (cm)
BB Ideal (kg)
BMI (kg/m2)
Keterangan
1.
Lia
21
42
152
38,07-46,53
18,1
Di bawah normal
2.
Siti Jumroh
21
57,5
162
35,8-68,2
21,9
Normal
3.
Yulia
20
46
158,5
43,7-53,3
18,3
Di bawah normal
4.
Riski
20
57
162,3
47,07-57,55
21,64
Normal
5.
Afani
21
46
163
47,7-58,3
17,313
Di bawah normal
6.
Rani Dwi
20
66
158,4
43,56-53,24
26,29
Di atas normal
7.
Anis
19
48
155,5
40-51
19,85
Normal
8.
Siti Hadianti
20
52
164
48,6-59,4
19,3
Normal

3.      Denyut Nadi
Tabel 3. Hasil pengukuran denyut nadi
NO
NAMA OP
USIA
JENIS KELAMIN
DENYUT NADI
KECEPATAN
IRAMA
KEKUATAN
ISTIRAHAT
AKTIVITAS
ISTIRAHAT
AKTIVITAS
ISTIRAHAT
AKTIVITAS
1
Dwi Atri H.U.H
21
P
81
101
Teratur
Tidak Teratur
Normal
Lebih Kuat
2
Rosid Marwanto
20
L
74
98
Teratur
Tidak Teratur
Lemah
Kuat
3
Dwi Lusi R.
21
P
83
118
Teratur
Lebih Cepat
Kuat
Lebih Kuat
4
Noor Andryan I
19
L
54
68
Teratur
Teratur
Normal
Kuat
5
Sintia Sundari
20
P
82
110
Teratur
Cepat
Normal
Kuat
6
Veny Wurtaningrum
21
P
90
126
Teratur
Cepat
Kuat
Sangat Kuat
7
Anis Rahmawati
19
P
87
137
Teratur
Cepat
Kuat
Sangat Kuat
8
Yunita Kurniasih
20
P
107
141
Teratur
Cepat
Normal
Sangat Kuat







F. PEMBAHASAN
1.      Suhu Tubuh
Pada praktikum kali ini, diperoleh hasil bahwa setiap OP (objek penelitian) memiliki suhu tubuh yang berbeda-beda. Pada praktikum ini, suhu tubuh OP diukur melalui aksila dan oral. Dari hasil, terlihat bahwa setiap OP memiliki suhu aksila pada waktu istirahat yang berbeda-beda. Rata-rata suhu tubuh kedelapan OP pada saat istirahat adalah 37.080C dan rata-rata suhu tubuh kedelapan OP pada saat aktivitas adalah 37.060C. Ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya kondisi kesehatan, keadaan emosi, usia,  jenis kelamin dan pakaian yang berbeda-beda pada setiap OP. Ada satu OP berjenis kelamin laki-laki, mereka mengenakan pakaian kemeja dan celana panjang, sedangkan tujuh OP yang berjenis kelamin perempuan mengenakan jilbab, baju panjang, dan rok panjang.
Setelah OP melakukan aktivitas selama 10 menit, suhu tubuh OP meningkat, ini terjadi karena selama beraktivitas panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot berakumulasi dalam tubuh. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh ketidakmampuan mekanisme pembuangan panas untuk mengatasi pembentukan panas yang sangat besar. Selain itu terdapat bukti bahwa pada saat beraktivitas terjadi peningkatan suhu saat mekanisme pembuangan panas diaktifkan.
Pada Praktikum pengukuran suhu tubuh pada aksila didapatkan hasil yang berjenis kelamin laki-laki dengan usia19 tahun, suhu aksila pada saat aktivitas yaitu 37.3 oC. OP yang berusia 20 tahun, rata-rata suhu aksila pada saat aktivitas yaitu 37,06oC, hasil tersebut berdasarkan rata-rata dari satu OP berjenis kelamin laki-laki (Noor) dan OP yang berjenis kelamin perempuan dengan usia 20 tahun, suhu aksila pada saat aktivitas yaitu 37.06 oC.
Suhu aksila OP saat melakukan aktivitas, rata-rata OP mengalami kenaikan suhu dibandingkan saat istirahat. Setelah dilakukan penelitian, ternyata aktivitas yang ia lakukan tidaklah terlalu besar sehingga proses yang berjalan kecil dan ia melakukan aktivitas di dekat AC yang suhunya rendah. Hal ini juga dipengaruhi oleh baju yang ia gunakan, baju yang ia gunakan longgar dan berwarna cerah sehingga penyerapan panas menjadi sukar terjadi (Sherwood, 2001).
Pada manusia, nilai normal tradisional untuk suhu oral adalah 37˚C (98,6˚C), tetapi pada sejumlah besar orang-orang muda normal, suhu mulut pagi hari rata-rata adalah 36,7˚C dengan simpang baku 0,2˚C. Dengan demikian, 95% orang dewasa muda diperkirakan memiliki suhu mulut pagi hari sebesar 36,3-37,1˚C (97,3-98,8˚F) (rata-rata ±1.96 simpang baku) (Ganong, 2008). Beberapa faktor dapat mempengaruhi suhu mulut, misalnya minuman panas atau dingin, merokok, bernapas dengan mulut terbuka, dan suhu lingkungan (Hooker dan Houston,1996). Pengukuran suhu pada oral dengan 3 perlakuan, yaitu mulut tertutup, mulut terbuka dan berkumur dengan air es. Pada perlakuan pertama, yaitu mulut tertutup, kelima OP memiliki suhu tubuh yang hampir sama. Perlakuan kedua,  yaitu dengan membuka mulut dari 3 OP data yang didapat 3 OP mengalami penurunan suhu tubuh. Pada ketiga OP ini, yaitu Ratih, Dewi dan Novia mengalami penurunan suhu. Pada kondisi OP bernapas melalui mulut didapatkan hasil suhu oral o.p menjadi lebih rendah. Hal ini disebabkan karena terjadi pertukaran panas tubuh dengan lingkungan secara konveksi, yaitu tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekeliling yang lebih dingin. Udara yang berkontak dengan tubuh melalui mulut menjadi lebih hangat dan karenanya menjadi lebih ringan dibanding udara dingin. Udara yang lebih hangat ini bergerak ke atas dan digantikan dengan udara yang lebih dingin.
Pada kondisi OP berkumur dengan air es didapatkan hasil suhu oral OP juga menjadi lebih rendah. Hal ini disebabkan terjadi pertukaran panas tubuh secara konduksi, yaitu perpindahan panas tubuh dengan benda (dalam hal ini air es) yang berbeda suhunya karena terjadi kontak secara langsung. Sewaktu berkumur dengan air es, tubuh kehilangan panasnya karena panas dipindahkan secara langsung ke air es yang suhunya lebih rendah. Kemudian suhu oral, yang lebih rendah, yang diukur merupakan suhu kesetimbangan. Ini artinya apabila suhu lingkungan dingin, maka tubuh akan memproduksi panas yang berasal posterior hipotalamus (Ganong, 2008). Pada pengukuran suhu oral hanya dilakukan masing-masing OP satu kali percobaan karena menggunakan termometer digital.

2.      Berat Badan dan Tinggi Badan
Pada percobaan ini, kami melakukan pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan berat badan dengan skala kilogram (kg) diukur dengan melepaskan segala atribut yang dapat berpengaruh terhadap pengukuran, sedangkan untuk pengukuran tinggi badan kami menggunakan alat pengukur tinggi dengan skala centi meter (cm) diukur dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan kondisi badan tegak. Pengukuran ini akan menunjukkan keseimbangan antara kalori yang tersedia dengan pengeluaran energi, massa otot, lemak tubuh dan penyimpanan protein. Menurut Guyton (1995), masukan makanan harus selalu cukup untuk mensuplai kebutuhan metabolisme tubuh dan tidak cukup menimbulkan obesitas. Juga, karena berbagai makanan mengandung berbagai bagian protein, karbohidrat, dan lemak, keseimbangan yang sesuai harus dipertahankan antara berbagai jenis makanan tersebut sehingga semua segmen sistem meabolisme tubuh dapat disuplai dengan bahan yang dibutuhkan.
Setelah melakukan pengukuran terhadap 8 orang OP berjenis kelamin perempuan dengan usia 19-21 tahun., diperoleh hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan yang berbeda-beda dari setiap OP. Perbedaan itu dikarenakan setiap OP memiliki aktivitas, usia, nutrisi yang dimakan dan kecepatan metabolisme dakam tubuh yang berbeda-beda. Faktor utama yang mempengaruhi kecepatan metabolisme mencakup ukuran tubuh, umur, seks, iklim yang mencakup derajat panas, jenis pakaian yang dipakai, dan jenis pekerjaan.
Dari data berat badan dan tinggi badan, kemudian dilakukan pengukuran berat badan ideal dan Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI). Dengan menghitung BMI maka akan terlihat kesesuaian antara berat badan dengan tinggi badan setiap OP. Jika nilai BMI sudah didapat, hasilnya dibandingkan dengan ketentuan berikut  :
   Nilai BMI      < 18,5 = Berat badan di bawah normal
   Nilai BMI 18,5 - 22,9 = Normal
   Nilai BMI 23,0 - 24,9 = Normal Tinggi
   Nilai BMI 25,0 - 29,9 = di atas normal
   Nilai BMI     ≥ 30,0 = Obesitas
Dari Tabel 2 dapat terlihat bahwa nilai berat ideal dari kedelapan OP terendah pada 35,8 kg dan tertinggi pada 68,2 kg. Sedangkan nilai BMI yang ada adalah terendah pada Afani yaitu 17,313 kg/m2 dan tertinggi pada Rani Dwi yaitu 26,29 kg/m2.  Dari kedelapan OP hanya 4 orang yang memiliki berat badan dan BMI normal yaitu Siti Jumroh (21,9 kg/m2), Riski (21,64 kg/m2), Anis (19,85 kg/m2) dan Siti Hadianti (19,3 kg/m2), hal itu berarti berat badan dan tinggi badan ketiga OP tersebut sesuai/ideal.
Sedangkan terdapat juga OP yang memiliki BMI di bawah normal yaitu Lia (18,1 kg/m2), Yulia (18,3 kg/m2), dan Afani (17,313 kg/m2). Hal ini menunjukkan bahwa status gizi ketiga OP tersebut adalah kurus tingkat ringan. OP dianjurkan untuk menaikkan berat badan sampai menjadi normal sampai nilai interval pada BMI masing-masing.
Nilai BMI OP yang lebih rendah dari standar nilai IBM dapat disebabkan konsumsi energi lebih rendah dari kebutuhan yang mengakibatkan sebagian cadangan energi tubuh dalam bentuk lemak akan digunakan. Mempertahankan berat badan normal bisa diwujudkan dengan mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh, sehingga tidak terjadi penimbunan energi dalam bentuk lemak, maupun penggunaan lemak sebagai sumber energi.
Selain itu terdapat pula satu OP yang memiliki BMI di atas normal yaitu Rani Dwi (26,29 kg/m2) yang berarti OP memiliki risiko masalah kesehatan, salah satunya yaitu risiko mengalami obesitas. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki resiko yang lebih tinggi. Terjadinya obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti, faktor genetik.
Dalam sebuah referensi dikatakan bahwa terdapat penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. Faktor lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Selain itu, faktor psikis yaitu apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
-          Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
-          Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
-          Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
Resiko kesehatan yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka BMI :
·         Resiko rendah : BMI < 27
·         Resiko menengah : BMI 27-30
·         Resiko tinggi : BMI 30-35
·         Resiko sangat tinggi : BMI 35-40
·         Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.
Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa, secara rata-rata, orang yang gemuk tidak makan lebih banyak daripada orang kurus. Salah satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa orang yang kegemukan tidak makan berlebihan, tetapi ”kurang bergerak”. Penelitian-penelitian memperlihatkan bahwa tingkat aktivitas fisik yang sangat rendah tidak disertai oleh penurunan pemasukan makanan yang setara. Penjelasan lain adalah bahwa kelebihan pemasukan makanan energi terjadi hanya ketika kegemukan sedang berlangsung (Sherwood, 2001).
Faktor lain yang menyebabkan perbedaan berat badan dan tingi badan yaitu perbedaan asupan makanan dan gizinya. Masing-masing OP mungkin memiliki asupan gizi dan kebutuhan nutrisi sehari-hari yang berbeda. Kondisi yang mempengaruhi kebutuhan gizi sehari-hari diantaranya bobot badan, tinggi badan, jenis kelamin, usia serta aktivitas, perlu juga diperhatikan apakah seseorang sedang menderita penyakit. Selain itu pula faktor genetic bias menjadi penentu perbedaan berat badan dan tinggi badan.

3.      Denyut Nadi
Dari tabel hasil pengukuran denyut nadi di atas ternyata setiap OP memiliki kecepatan, irama, dan kekuatan yang berbeda. Cara pengukuran denyut nadi dengan merasakan denyutan yang terjadi pada arteri radialis di pergelangan tangan dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah selama satu menit. Pengukuran dengan cara ini tidak menggunakan jari kelingking dan ibu jari karena pada ibu jari dan kelingking terdapat perpanjangan arteri sehingga jika kita melakukan pengukuran dengan ibu jari atau kelingking tidak akurat, bisa saja denyutan yang terasa pada ibu jari atau kelingking berasal dari ibu jari dan kelingking tersebut bukan dari arteri radialis.
Pada pengukuran denyut nadi dalam kondisi istirahat, OP diminta untuk duduk dengan tenang, tujuannya adalah agar OP pada saat diukur denyut nadinya benar-benar dalam keadan istirahat total. Secara umum dari hasil pengukuran kecepatan denyut nadi istirahat dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu:
1.      Kecepatan rendah (54-71) terdiri dari satu OP yaitu Noor Andryan I.
2.      Kecepatan sedang (72-89) terdiri dari lima OP yaitu Dwi Atri H.U.H, Rosid Marwanto, Dwi Lusi R., Sintia Sundari, dan Anis Rahmawati.
3.      Kecepatan tinggi (90-107) terdiri dari dua OP yaitu Veny Wuryaningrum dan Yunita kurniasih.
Pada pengukuran kecepatan denyut nadi setelah beraktivitas lari selama 10 menit secara umum dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu:
1.      Kecepatan rendah (68-92) terdiri dari satu OP yaitu Noor Andryan I.
2.      Kecepatan sedang (93-117) terdiri dari tiga OP yaitu Dwi Atri H.U.H, Rosid Marwanto, dan Sintia Sundari.
3.      Kecepatan tinggi (118-142) terdiri dari empat OP yaitu Dwi Lusi R,.Veny Wurtaningrum, Anis Rahmawati dan Yunita kurniasih.
Kecepatan denyut nadi paling rendah baik sebelum maupun sesudah beraktivitas lari selama 10 menit adalah Noor Andryan I. Sedangkan kenaikan denyut nadi tertinggi terjadi pada Anis Rahmawati, kecepatan denyut nadi istirahat hanya 87, tetapi setelah melakukan aktivitas berlari kecepatan denyut nadinya mencapai 137. Namun denyut nadi paling cepat adalah Yunita kurniasih yang mencapai 141, hal ini dapat terjadi karena OP tersebut kemungkinan tidak terbiasa untuk melakukan banyak kerja dengan beban fisik yang besar, sehingga ketika OP tersebut melakukan aktivitas lari selama 10 menit, tubuh merasa kerja berat, dan kecepatan denyut nadinya semakin tinggi. Dari data di atas juga diketahui bahwa OP laki-laki memiliki kecepatan denyut jantung yang lebih rendah, karena secara umum laki-laki lebih terbiasa melakukan aktivitas yang melibatkan fisik.
Sedangkan untuk irama denyut nadi istirahat semua OP teratur, teratur di sini maksudnya adalah iramanya konstan (stabil, tidak berubah-ubah). Setelah melakukan aktivitas irama denyut nadi berubah mengalami peningkatan, tetapi hal tersebut tidak terjadi pada satu OP yaitu Noor Andryan I, hal ini terjadi karena OP tersebut sering melakukan olahraga, sehingga aktivitas olahraga berupa lari selama 10 menit sebelum melakukan percobaan tidak mempengaruhi irama denyut nadi, karena fisiologi tubuhnya sudah beradaptasi dengan kebiasaan aktivitasnya berolahraga, sedangkan pada OP yang lain terjadi perubahan irama denyut nadi karena reaksi fisiologi dalam tubuh akibat aktivitas lari selama 10 menit.
Pada saat beraktivitas terjadi peningkatan metabolisme sel-sel otot, sehingga aliran darah meningkat untuk memindahkan zat-zat makanan dari darah yang dibutuhkan jaringan otot sehingga curah jantung akan meningkat untuk mensuplai kebutuhan zat makanan melalui peningkatan aliran darah. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan frekuensi denyut jantung yang akan meningkatkan denyut nadi pada akhirnya.
Kekuatan denyut nadi pada semua OP terjadi peningkatan, karena setiap OP diamati oleh pengamat yang berbeda, sehingga hasil pengamatan tersebut lebih bersifat subjektif, tidak seperti pengukuran kecepatan denyut nadi yang lebih objektif. Peningkatan kekuatan denyut nadi tersebut karena kecepatan aliran darah dalam tubuh juga meningkat.
Perbedaan kecepatan denyut nadi baik saat istirahat maupun setelah beraktivitas dipengaruhi oleh  beberapa faktor, diantaranya: usia, jenis kelamin, aktivitas atau pekerjaan, makanan, obat-obatan, dan kondisi emosional. Faktor lain yang meyebabkan perbedaan frekuensi denyut nadi  dalam praktikum dapat diakibatkan kesalahan dan ketidaktelitian pengukuran pada saat praktikum.
























G. KESIMPULAN
1.      Suhu Tubuh
Berdasarkan tujuan praktikum dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ;
1.      Tempat pengukuran suhu tubuh ada di aksila dan oral (mulut).
2.      Suhu tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti aktivitas, suhu lingkungan, keadaan emosi, usia, jeni kelamin, kondisi kesehatan, dan pakaian.
3.      Cara mengukur suhu tubuh adalah dengan menggunakan thermometer.
4.      Rata-rata suhu tubuh di aksila saat keenam OP tidak melakukan aktivitas adalah 37.060C dan yang istirahat 37.080C.
5.      Rata-rata suhu tubuh di oral saat mulut kedelapan OP tertutup adalah 37.10C.
6.      Cara mengukur suhu tubuh haruslah secara benar, yaitu dengan menurunkan air raksa pada thermometer terlebih dahulu kemudian mengeringkannya dan menaruh pada bagian yang akan diukur (aksila maupun oral) dan memberi perlakuan serta waktu sesuai dengan penelitian yang akan diujikan (istirahat, aktivitas, berkumur air es, dll). Dan jangan lupa melihat suhu dengan mata sejajar dengan thermometer. Kesalahan dalam praktikum dapat terjadi apabila OP tidak mengikuti langkah kerja dengan baik.

2.      Berat Badan dan Tinggi Badan
1.      Pengukuran berat badan dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan berat badan berskala kilogram (kg) diukur dengan melepaskan segala atribut yang dapat berpengaruh terhadap pengukuran, sedangkan untuk pengukuran tinggi badan dilakukan dengan alat pengukur tinggi berskala centi meter (cm) diukur dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan kondisi badan tegak.
2.      Berat badan OP terkecil adalah Lia yaitu 42 kg, sedangkan berat badan terbesar adalah Rani yaitu 66 kg, rata-rata berat badan OP adalah 51,8125 kg. Tinggi badan terendah adalah Lia yaitu 152 cm, sedangkan tinggi badan tertinggi adalah siti hadianti yaitu 164 cm, rata-rata tinggi badan OP adalah 159,4625 cm
3.      Nilai Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index) dari ke delapan OP berbeda-beda dengan BMI terendah pada Afani yaitu 17,313 kg/m2 dan tertinggi pada Rani Dwi yaitu 26,29 kg/m2.

3.      Denyut Nadi
1.      Tempat pengukuran denyut nadi yaitu pada arteri radialis di pergelangan tangan.
2.      Irama dan kekuatan denyut nadi lebih teratur saat istirahat.
3.      Cara mengukur denyut nadi dengan merasakan denyutan yang terjadi pada arteri radialis di pergelangan tangan dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah.
4.      Faktor yang mempengaruhi denyut nadi yaitu jenis kelamin dan kebiasaan beraktivitas.
5.      Denyut nadi istirahat terendah adalah 54 pada OP Noor Andryan I, sedangkan denyut nadi tertinggi setelah beraktivitas lari selama 10 menit adalah 141 pada OP Yunita Kurniasih.


























DAFTAR PUSTAKA

Ganong, William F. 1999. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.
Ganong, William F. 2001. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Bandung : PT. Rineka Cipta.
Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustak  Utama.
Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia. Jakarta: ECG.
         Suripto. 2010. Fisiologi Hewan. Bandung : Penerbit ITB.\