Entri Populer

Sabtu, 12 Mei 2012

Gerak Refleks, Denyut Jantung, dan Tekanan Darah.


A.    JUDUL PERCOBAAN
Gerak Refleks, Denyut Jantung, dan Tekanan Darah.

B.     TUJUAN
1.   Gerak Refleks
·    Mengetahui tempat-tempat pengukuran tendon.
·    Mengetahui cara pengukuran tendon.
·    Melakukan pemeriksaan reflek tendon.
·    Mengetahui gerak refleks yang timbul.
2.   Denyut Jantung
·    Mengetahui tempat pengukuran denyut jantung.
·    Mengetahui karakteristik denyut jantung.
·    Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi denyut jantung.
·    Mengetahui cara mengukur denyut jantung.
·    Mengukur denyut jantung.
·    Mengamati dan mempelajari pengaruh aktivitas tubuh terhadap denyut jantung
3.    Tekanan Darah
·    Mengetahui tempat pengukuran tekanan darah.
·    Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah.
·    Mengetahui cara mengukur tekanan darah.
·    Melakukan pengukuran tekanan darah.

C.    TINJAUAN PUSTAKA
1.      Gerak Refleks
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Dengan adanya gerak refleks dimungkinkan terjadinya kerja yang baik dan tepat antara berbagai organ dari individu dan hubungan individu dengan sekelilingnya. Refleks merupakan reaksi organisme terhadap perubahan lingkungan baik di dalam maupun di luar organisme. Secara embriologi perkembangan sistem saraf diawali dengan penebalan ectoderm pada garis middorsal. Perubahan ini disebut neural palate, tubuh membentuk lekukan saraf (neural groove) dan penonjolan saraf (neural crest), selanjutnya menjadi neural tube. Ujung nostral neural tube membentuk tiga pembesaran berupa vesikel yang kemudian disebut prosensefalon atau forebrain, mensesefalon atau midbrain, dan rombensefalon atau hindbrain. Pada perbatasan telensefalon dan diensefalon terdapat sepasang evaginasi yang akan membentuk retina dan nervus optikus (Syaifuddin, 2006).
Sistem saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang tindih: input sensoris, integrasi, dan output motoris. Input adalah penghantaran atau konduksi sinyal dan reseptor sensoris, misalnya sel-sel pendeteksi cahaya di mata, ke pusat integrasi. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari stimulus reseptor sensoris oleh lingkungan. Kemudian dihubungkan dengan respon tubuh yang sesuai. Sebagian besar integrasi dilakukan dalam sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang (pada vertebrae). Output motoris adalah penghantaran sinyal dari pusat integrasi, yaitu SSP, ke sel-sel efektor, sel-sel otot atau sel kelenjar yang mengaktualisasikan respon tubuh terhadap stimulus tersebut. Sistem saraf tersusun atas dua jenis sel yang utama : neuron dan sel-sel pendukung disebut juga glia, yang memberikan struktur dalam sistem saraf serta melindungi, menginsulasi, dan secara umum membantu neuron (Campbell, 2004).
Medulla spinalis atau sumsum tulang belakang bermula pada medulla oblongata, menjulur kearah kaudal melalui foramen magnum, dan berakhir diantara vertebrae lumbalis pertama dan kedua. Disini medulla spinalis meruncing sebagai konus medularis, dan kemudian sebuah sambungan tipis dari pia mater disebut filum terminale, yang menembus kantung durameter, bergerak menuju koksigis. Sumsum tulang belakang berukuran panjang sekitar 45 cm ini, pada bagian depannya dibelah sebuah fisura anterior yang dalam, sementara bagian belakang dibelah sebuah fisura yang sempit. Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, yaitu penebalan servikal dan penebalan lumbal. Dari penebalan ini, pleksus-pleksus saraf bergerak guna melayani anggota badan atas dan bawah dan fleksus dari daerah toraks membentuk saraf-saraf interkostalis (Pearce, 2006).
Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena debu, menarik kembali tangan dari benda panas yang menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar, misalnya bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan benda panas itu. Saraf-saraf spinal terdiri dari tiga puluh satu saraf sumsum tulang belakang muncul dari segmen-segmen medulla spinalis melalui dua akar, akar anterior dan akar posterior. Serabut saraf motorik membentuk akar antrior yang berpadu dengan serabut saraf sensorik pada akar posterior guna bersama membentuk saraf spinalis gabungan. Penyatuan ini terjadi sebelum serabut saraf itu melintasi foramen intervertebrali, tetapi segera setelah itu membagi diri lagi menjadi serabut primer anterior dan serabut primer posterior. Serabut primer posterior melayani kulit dan otot punggung sedang serabut primer anterior membentuk berbagai cabang yang menjadi fleksus saraf anggota gerak dan membentuk saraf-saraf interkostalis pada daerah torax ( Pearce, 2009).
Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-tiba diluar kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks dari rangsangan yang berbahaya, merupakan suatu reaksi perlindungan. Refleks ekstensor (polisinaps), rangsangan dari reseptor perifer yang dimulai dari fleksi pada anggota badan yang juga berkaitan dengan ekstensi anggota badan. Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar. Misalnya, menutup mata pada saat terkena debu. Untuk terjadinya gerak refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut : organ sensorik yang menerima impuls misalnya kulit. Serabut saraf sensorik yang menghantarkan impuls tersebut menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan selanjutnya serabut sel-sel akan melanjutkan impuls-impuls menuju substansi pada kornu posterior medulla spinalis. Sumsum tulang belakang menghubungkan antara impuls menuju kornu anterior medulla spinalis. Sel saraf menerima impuls dan menghantar impuls-impuls ini melalui serabut motorik. Organ motorik melaksanakan rangsangan karena dirangsang  oleh impuls saraf motorik (Syaifuddin, 2009).
Bila impuls yang dihantarkan dari bagian atas sistem saraf pusat ke medula spinalis terdapat dalam jumlah besar, maka otot berkonstraksi denga berlebihan. Sebaliknya ketika penghantaran rangsangan ini berkurang atau tidak ada sama sekali, maka konstraksi otot menjadi lemah atau hilang. Lesi di area motorik korteks serebri mengakibatkan menghilangnya konstraksi otot dibagian tubuh dengan arah yang berlawanan (Guyton, 2006).
Pengetukan tendon patellaakan secara pasif meregangkan otot kuadaseps dan mengaktifkan reseptor gelendong-gelendongnya. Reflek regang yang terjadi menimbulkan konstraksi otot ekstensor, sehingga lutut mengalami ekstensi dan mengangkat tungkai bawah dengan cara yang khas. Hal yang serupa juga terjadi pada reflek biseps dan triseps (Sherwood, 2001).
2.      Denyut Jantung
Jantung adalah organ berotot berongga dengan ukuran sekepalan. Jantung terletak di rongga dada sekitar garis tengah antara sternum di sebelah anterior dan vertebra di sebelah posterior. Jantung memiliki pangkal yang lebar disebelah atas dan meruncing membentuk ujung yang disebut apeks dasar. Jantung membentuk sudut terhadap sternum, sehingga pangkalnya terutama berada di kanan dan apeks di kiri sternum. Sewaktu jantung berdenyut, terutama sewaktu berkontraksi secara kuat, apeks sebenarnya membentur bagian dalam dinding dada di sebelah kiri. Walaupun secara anatomis jantung adalah satu organ, sisi kanan dan kiri jantung berfungsi sebagai dua pompa yang terpisah. Jantung dibagi menjadi separuh kanan dan kiri serta memiliki empat bilik, bilik bagian atas dan bawah di kedua belahannya (Sherwood, 2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut jantung antara lain; usia, ukuran tubuh, posisi tubuh, latihan fisik, dan faktor lain seperti kerja otot, suhu tubuh, ketinggian tempat dan suhu lingkungan. Hewan yang kecil memiliki kecepatan denyut jantung lebih besar dibandingkan dengan hewan yang bertubuh lebih besar. Kecepatan denyut jantung akan meningkat karena pengaruh suhu eksternal yang tinggi (Sherwood, 2001).
Denyut jantung (denyut apikal) adalah bunyi yang terdengar melalui stetoskop selama kontraksi jantung. S1 adalah bunyi akibat tertutupnya katup trikuspidalis dan mitral. Sedangkan S2 adalah bunyi akibat tertutupnya katup pulmonal dan atrial. Setiap denyut merupakan kombinasi antara bunyi jantung S1 dan S2. kecepatan normal denyut jantung pada orang dewasa adalah 55 sampai 90 kali/ menit dengan rata-rata 70 kali/ menit. Denyut apikal merupakan pengukuran frekuensi dan irama kontraksi jantung yang paling banyak.
Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi oleh penghidupan, pekerjaan, makanan, umur, dan emosi. Irama dan denyut sesuai  dengan siklus jantung. Kalau jumlah denyut ada 70 maka berarti siklus jantung 70 kali semenit juga (Evelyn, 2006).
Dua bunyi jantung utama dalam keadaan normal dapat didengar dengan stetoskop selama siklus jantung. Bunyi jantung pertama bernada rendah, lunak, dan relatif lama – sering dikatakan terdengar seperti ”lub”. Bunyi jantung kedua memiliki nada yang memiliki nada yang lebih tinggi, lebih singkat dan tajam – sering dikatakan terdengar seperti ”dup”. Dengan demikian, dalam keadaan normal terdengar ”lub, dup, lub, dup, lub, dup, . . . .” Bunyi jantung pertama berkaitan dengan penutupan katup AV, sedangkan bunyi kedua berkaitan dengan penutupan katup semilunaris. Pembukaan katup tidak menimbulkan bunyi apapun. Bunyi timbul karena getaran yang terjadi di dinding ventrikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup, bukan oleh derik penutupan katup. Karena penutupan katup AV terjadi pada awal kontraksi ventrikel ketika tekanan ventrikel pertama kali melebihi tekanan atrium, bunyi jantung pertama menandakan awitan sistol ventrikel. Penutupan katup semilunaris terjadi pada awal relaksasi ventrikel ketika tekanan ventrikel kanan dan kiri turun di bawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Dengan demikian, bunyi jantung kedua menandakan permulaan diastol ventrikel (Sherwood, 2001).
Debaran jantung atau lebih tepat deparan apex, adalah pukulan ventrikel kiri kepada dinding anterior yang terjadi selama kontraksi ventrikel. Debaran ini dapat diraba, dan sering terlihat juga pada ruang interkostal kelima kiri, kira-kira empat sentimeter dari garis tengah sternum.
Pada orang yang sedang istirahat jantungnya berdebar sekitar 70 kali semenit dan memompa 70ml setiap denyut (volume denyutan adalah 70 ml). Jumlah darah yang setiap menit dipompa dengan demikian adalah 70 x 70 ml atau sekitar 5 liter. Sewaktu banyak bergerak kecepatan jantung dapat menjadi 150 setiap menit dan volume denyut lebih dari 150 ml, yang membuat daya pompa jantung 20 sampai 25 liter setiap menit. Tiap menit sejumlah volume yang tepat sama kembali dari vena ke jantung. Akan tetapi, bila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung, maka terjadi payah jantung. Vena-vena besar dekat jantung menjadi membengkak berisi darah, sehingga tekanan dalam vena naik. Dan kalau keadaan ini tidak dapat ditangani maka terjadi udema.
Udema karena payah jantung sebagian karena adanya tekanan-balik di dalam vena yang meningkatkan perembesan cairan keluar dari kapiler dan sebagian karena daya pompa jantung rendah yang juga mengurangi pengantaran darah ke ginjal. Maka ginjal gagal mengeluarkan garam. Penimbunan garam menyebabkan penimbuanan air (Evelyn, 2006).
Urutan normal bagian-bagian jantung yang berdenyut: kontraksi atrium (sistolik atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistolik ventrikel) dan selama diastolik ke empat ruangan relaksasi. Denyut jantung berasal khusus dari sistem konduksi jantung dan menyebar melalui sistem ini ke seluruh bagian miokardium. Struktur yang membentuk sistem konduksi adalah nodus sinoatriale (nodus SA), lintasan internodal atrium, nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, cabang-cabangnya, dan sistem Purkinye. Berbagai bagian sistem konduksi ini dan, dalam keadaan abnormal, bagian-bagian miokardium secara spontan mampu mengeluarkan rangsangan. Tetapi dalam keadaan normal nodus SA mengeluarkan impuls paling cepat, depolarisasi menyebar dari SA ke bagian-bagian lain sebelum bagian ini mengeluarkan impuls secara spontan. Oleh karena itu, dalam keadaan normal vodus SA merupakan alat pacu jantung (pacemaker) normal, kecepatan mengeluarkan impuls menentukan frekuensi denyut jantung. Impuls yang ditimbulkan paada nodus SA berjalan melalui lintasan atrium ke nodus AV, melalui lintasan atrium ke nodus AV, melalui nodus ini ke bunder His dan melalui cabang-cabang berkas His dengan perantaraan sistem Purkinye ke otot ventrikel (Ganong, 2001).
Olahraga memang baik untuk kesehatan kita. Namun, bila terlalu berat dan melebihi batas kekuatan tubuh dan atau juga kurang, olahraga justru akan menjadi tidak efektif. Batas-batas kekuatan tubuh dapat dilihat dari detak jantung selama berolahraga. Memonitor detak jantung saat berolaraga sebaiknya dilakukan sebagai bagian dalam latihan rutin Anda. Pemonitoran detak jantung ini akan membuat latihan Anda lebih aman dan lebih efektif.
Di bawah ini ada cara mudah untuk mengetahui batas-batas detak jantung Anda:
- Perkirakan maksimum detak jantung Anda dengan melakukan pengurangan dari 220 dengan jumlah umur Anda.
-  Mengetahui batas bawah detak jantung Anda saat berolahraga, dengan mengalikan detakjantungmaksimumAndadengan0,6.
- Mengetahui batas atas detak jantung Anda saat berolahraga, dengan mengalikan detak jantung maksimum Anda dengan 0,9
Dr. Lynn Fitzgerald, seorang ahli kekebalan tubuh pada Rumah Sakit George di London dan juga juara dunia 200 km wanita, menguji darah para pelari setelah pertandingan 100 km dan menemukan tingkat antibody mereka rendah. Bahkan sangat rendah dibandingkan sebelum pertandingan. Tampaknya bahwa T-sel (antibody) tertekan oleh tingginya kadar adrenalin dan kortikosteroid (hormon stress) yang dihasilkan oleh latihan gerak badan itu. Sementara gerak badan yang secukupnya (sedang) meningkatkan sistim kekebalan, terlalu banyak gerak badan melemahkan tubuh.
3.      Tekanan DarahTekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah, dan merupakan salah satu tanda-tanda vital utama. Pada setiap detak jantung, tekanan darah bervariasi antara tekanan maksimum (sistolik) dan minimum (diastolik). Tekanan darah dikarenakan oleh pemompaan jantung dan resistensi pembuluh darah, berkurang sebagai sirkulasi darah menjauh dari jantung melalui arteri. Tekanan darah memiliki penurunan terbesar dalam arteri kecil dan arteriol, dan terus menurun ketika bergerak melalui darah kapiler dan kembali ke jantung melalui pembuluh darah. Gravitasi, katup dalam pembuluh darah, dan memompa dari rangka kontraksi otot, adalah beberapa pengaruh lain pada tekanan darah di berbagai tempat di dalam tubuh.1 Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat.2 Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole.3
Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.2
Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda
istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring.3
Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat.
Tekanan yang diciptakan oleh kontraksi ventrikel adalah kekuatan pendorong untuk aliran darah melalui pembuluh dari sistem. Ketika darah meninggalkan ventrikel kiri, aorta dan arteri diperluas untuk mengakomodasi hal itu. Ketika ventrikel relaks dan menutup katup semilunar, dinding elastis arteri mundur, mendorong darah maju ke arteri yang lebih kecil dan arteriol.
Dengan mempertahankan tekanan aliran darah selama ventrikel berelaksasi, arteri terus-menerus menghasilkan aliran darah melalui pembuluh darah. Sirkulasi arus di sisi arteri berdenyut, mencerminkan perubahan dalam tekanan arteri sepanjang siklus jantung. Ketika melewati arteriol, gelombang menghilang.
Dalam sirkulasi sistemik, tekanan darah tertinggi terletak pada arteri dan terendah di pembuluh darah kecil. Tekanan darah tertinggi di arteri dan jatuh terus seperti darah mengalir melalui sistem sirkulasi. Penurunan tekanan terjadi karena energi yang hilang akibat hambatan dari pembuluh darah. Resistensi terhadap aliran darah juga berasal dari gesekan antara sel-sel darah.
Dalam sirkulasi sistemik, tekanan tertinggi terjadi di dalam aorta dan mencerminkan tekanan diciptakan oleh ventrikel kiri. Tekanan aorta mencapai tinggi rata-rata 120 mm Hg selama sistol ventrikel, kemudian terus menurun dari 80 mm Hg selama diastol ventrikel. Perhatikan bahwa meskipun tekanan dalam ventrikel turun menjadi hampir 0 mm Hg sebagai ventrikel relaks, tekanan diastolik dalam arteri besar masih relatif tinggi. Tekanan diastolik yang tinggi dalam arteri mencerminkan kemampuan wadahnya untuk menangkap dan menyimpan energi dalam dinding elastis.
Peningkatan tekanan yang cepat terjadi saat ventrikel kiri mendorong darah ke aorta dapat ditinggalkan sebagai denyut nadi, atau tekanan gelombang, diteruskan melalui arteri berisi cairan dari sistem kardiovaskular. Gelombang tekanan sekitar 10 kali lebih cepat dari darah itu sendiri.

D.    METODOLOGI
1.      Gerak Refleks
a.   Waktu dan Tempat Praktikum : kamis tanggal 31 Maret 2011 di Laboratorium Fisiologi UNJ.
b.  Alat dan Bahan : palu refleks dan objek penelitian (OP) mahasiswa.
c.   Cara Kerja :
1.  Refleks Biseps
a.   Membuka lengan baju sampai di atas siku.
b.  Pemeriksa menyangga tangan OP hingga posisi fleksi 90°.
c.   Mencari tendon biseps dengan cara merasa bagian distal otot biseps. Jika antebrachil fleksi maksimal maka tendon teraba bergerak.
d.  Memukul dengan palu refleks pada bagian tendon tersebut.
e.   Bila terdapat gerakan halus pada tendon otot sampai dengan gerakan fleksi pada antebrachi maka dikatakan refleks biseps positif (+).
2.  Refleks Triseps
a.   Membuka lengan baju sampai di atas siku.
b.  Pemeriksa menyangga tangan OP hingga posisi adduksi.
c.   Mencari tendon otot brachil triseps dengan cara merasa bagian distal otot triseps. Jika antebrachil adduksi maksimal maka tendon teraba bergerak.
d.  Memukul dengan palu refleks pada bagian tendon tersebut.
e.   Bila terdapat gerakan halus pada tendon otot sampai dengan gerakan adduksi pada antebrachil maka dikatakan refleks biseps positif (+).
3.  Refleks Patellar
a.   OP duduk dengan posisi menggantung.
b.  Raba bagian distal lutut untuk mencari tendon patella.
c.   Memukul dengan palu reflek pada bagian tendon tersebut.
d.  Bila terdapat gerakan ekstensi cruris maka dikatakan refleks patella positif (+).
4.  Refleks Achilles
a.   OP duduk dengan posisi kaki sejajar dengan lantai.
b.  Raba bagian tendon achilles.
c.   Memukul dengan palu reflek pada bagian tendon tersebut.
d.  Bila terdapat gerakan dorso fleksi maka dikatakan refleks achilles positif (+).

2.      Denyut Jantung
a.  Waktu dan Tempat Praktikum : kamis tanggal 31 Maret 2011 di Laboratorium Fisiologi UNJ.
b. Alat dan Bahan : Stetoskop, Jam, Lampu senter, dan objek penelitian (OP) mahasiswa.
c.  Cara Kerja :
1.    OP diminta berbaring/duduk dengan tenang. Dilepaskan pakaian sehingga dada bagian   kiri dapat terlihat. Diberikan sinar pada dada bagian kiri di daerah interkostal kelima            sebelah dalam garis midklavikula agar denyut jantung terlihat lebih jelas.
2.    Dengan palpasi, ditentukan letak apeks jantung (tempat dimana denyut jantung teraba  paling kuat). Diletakkan stetoskop pada apeks dan auskultasi bunyi jantung S1 dan S2 (terdengar seperti ” lub dub”). Bila irama S1 dan S2 terdengar teratur, dihitung  kecepatannya selama 30 detik. Diulangi latihan ini sampai memperoleh hasil yang sama.
3.    OP diminta melakuakn aktivitas (olahraga) selama 10 menit. Dilakukan pengukuran         denyut jantung dengan cara yang sama seperti di atas dan dicatat hasil pengukuran.


E.     HASIL
1.      Gerak Refleks
Tabel 1. Hasil Pengamatan Refleks
No.
Nama OP

Respon Refleks
Biseps
Triseps
Patellar
Achilles
1
Silvani Permata Sari
3
3
3
3
2
Siti Jumroh
1
2
3
2
3
Dwi Lusi Riadona.
2
2
2
1
4
Nurul Fatiah
2
1
2
1
5
Nurul Afani
3
3
3
3
6
Veny Wurtaningrum
2
1
2
2
7
Kusfebriani
2
2
2
2
8
Yunita Kurniasih
2
1
2
1

2.      Denyut Jantung
Tabel 2. Hasil Pengamatan Denyut Jantung
No.
Nama OP
Usia
Jenis kelamin
Denyut Jantung
Kecepatan
Irama
Kekuatan
Istirahat
Aktivitas
Istirahat
Aktivitas
Istirahat
Aktivitas
1.
Lia
21
P
45
54
Teratur
Lebih cepat
Normal
Lebih kuat
2.
Rosid
20
L
37
46
Teratur
Lebih cepat
Normal
Lebih kuat
3.
Fitriyani
21
P
37
71
Teratur
Lebih cepat
Normal
Lebih kuat
4.
Noor
19
L
25
33
Teratur
Lebih cepat
Normal
Lebih kuat
5.
Trisia
20
P
45
55
Teratur
Lebih cepat
Normal
Lebih kuat
6.
Rani D
20
P
38
50
Tidak stabil
Cepat
Normal
Lebih kuat
7.
Rani R
20
P
36
43
Teratur
Lebih cepat
Normal
Lebih kuat
8.
Rafika
20
P
43
49
Teratur
Lebih cepat
Normal
Lebih kuat

3.      Tekanan Darah
Tabel 3. Hasil Pengamatan Tekanan Darah
No
OP
Usia
Sistol
Diastol
Nadi
Istirahat
Aktivitas
Istirahat
Aktivitas
Istirahat
Aktivitas
1
Vivi  Vilianti
20
100
110
70
76
30
30
2
Lela Juwita S
21
120
180
80
55
40
125
3
Dwilusi R
21
80
120
60
78
20
42
4
Noor Andriyan
21
100
110
70
70
30
40
5
Nessa N
19
108
120
60
70
40
50
6
Witri R
21
100
120
80
80
20
40
7
Fina L
21
90
110
60
70
30
40
8
Siti Hadianti
20
85
100
60
65
20
35

F.     PEMBAHASAN
1.      Gerak Refleks
Pada percobaan pengukuran refleks dilakukan pada 4 tendon yaitu biseps, triseps, patellar, dan achilles. Tendon biseps dan triseps adalah tendon yang terdapat pada lengan tangan, sedangkan tendon patellar dan achilles adalah tendon yang terdapat pada kaki. Untuk mengetahui kekuatan refleks dari keempat tendon tersebut maka tendon tersebut diberi perlakuan yaitu dengan dipukul menggunakan palu refleks. Pemukulan dengan palu refleks dilakukan dengan tujuan untuk memberikan impuls atau rangsangan kepada reseptor yang berada di tendon yang diperiksa. Kekuatan refleks dapat dilambangkan dengan angka yaitu :
a.                   Angka 0, jika tidak ada respons (refleks).
b.                   Angka 1, jika terjadi respons (refleks) yang lemah (hiporefleksik).
c.                   Angka 2, jika terjadi respons (refleks) yang normal.
d.                  Angka 3, jika terjadi respons (refleks) yang lebih cepat dari normal              (hiperrefleksik).
e.                   Angka 4, jika terjadi klonus.
Respons refleks pada tendon otot biseps ada 1 OP berespons lemah, 5 OP berespons normal, dan 2 OP berespons hiperrefleksik. Respons refleks pada tendon otot triseps ada 3 OP berespons lemah, 3 OP berespons normal, dan 2 OP berespons hiperrefleksik. Respons refleks pada tendon otot patellar ada  5 OP berespons normal  dan 3 OP berespons hiperrefleksik. Respons refleks pada tendon otot achilles ada 3 OP berespons lemah, 3 OP berespons normal, dan 2 OP berespons hiperrefleksik.
Perbedaan kekuatan refleks OP yang ditimbulkan, karena beberapa faktor, seperti kekuatan pukulan palu reflek pada tendon, kepekaan tendon, kesadaran OP, dan kebiasaan OP tersebut. Meskipun demikian, dalam praktikum ini ada OP yang memiliki kekuatan refleks yang sama pada semua tendon yang diperiksa. OP yang memiliki kekuatan yang sama pada semua tendon yang diperiksa yaitu OP Silvani Permata Sari dan Nurul Afani, yang sama-sama memiliki kekuatan refleks tendon biseps, triseps, patellar, dan achilles yang dilambangkan dengan angka 3, yang berarti terjadi respons (refleks) yang lebih cepat dari normal (hiperrefleksik). Selain kedua OP tersebut, juga ada OP lain yang memiliki kekuatan yang sama yaitu antara OP Nurul Fatiah dan Yunita Kurniasih, yang sama-sama memiliki kekuatan refleks tendon triseps dan achilles yang dilambangkan dengan angka 1 yang berarti terjadi respons (refleks) yang lemah (hiporefleksik), sedangkan kekuatan refleks tendon biseps dan patellar dilambangkan dengan angka 2 yang berarti terjadi respon (refleks) yang normal.
Dari hasil percobaan  tidak ada OP yang memiliki kekuatan refleks bernilai 0, hal tersebut menunjukan bahwa semua OP memberikan respons (refleks) saat diberi perlakuan dengan dipukul menggunakan palu refleks,  Dari hasil percobaan juga tidak ada OP yang memiliki kekuatan refleks bernilai 4, hal ini menunjukan bahwa tidak ada OP yang memberikan respons (refleks) hingga terjadi klonus, saat diberi perlakuan dengan dipukul menggunakan palu refleks. Kekuatan refleks pada OP bernilai variatif yaitu 1 atau 2 atau 3.
Ketika dilakukan ketukan pada tendon otot biseps terjadi respon berupa fleksi lengan pada siku dan supinasi. Sedangkan jika tendon otot triseps diketuk, maka respon yang terjadi berupa ekstensi lengan dan supinasi. Sedangkan pada tendon patella diketuk dengan palu dan respon yang terjadi berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps. Pada Achilles Pess Refleks (APR), tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan. Respon yang terjadi ketika tendo Achilles diketuk berupa fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastrocnemius.

2.      Denyut Jantung
                        Pengukuran denyut jantung dilakukan dengan menggunakan stetoskop yang diletakkan pada apeks jantung di daerah interkostal kelima sebelah dalam garis midklavikula, pada wanita lebih mudahnya berada di bawah glandula mamae. Stetoskop digunakan untuk mempermudah mendengar dua bunyi jantung utama selama siklus jantung.  Mendengarkan  denyut jantung menggunakan stetoskop, merupakan sebuah proses yang dikenal sebagai ausculatation, yaitu metode pengukuran kecepatan denyut jantung yang lebih akurat.
                        Berdasarkan Sherwood (2001), bunyi jantung pertama bernada rendah, lunak, dan relatif lama, sering dikatakan terdengar seperti ”lub”. Bunyi jantung kedua memiliki nada yang memiliki nada yang lebih tinggi, lebih singkat dan tajam-sering dikatakan terdengar seperti ”dup”. Dengan demikian, dalam keadaan normal terdengar ”lub, dup, lub, dup, lub, dup, . . . .” Bunyi jantung pertama berkaitan dengan penutupan katup atrioventrikular (AV) yang terletak di antara ventrikel dan atrium, sedangkan bunyi kedua berkaitan dengan penutupan katup semilunaris. Pembukaan katup tidak menimbulkan bunyi apapun. Bunyi timbul karena getaran yang terjadi di dinding ventrikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup, bukan oleh derik penutupan katup. Karena penutupan katup AV terjadi pada awal kontraksi ventrikel ketika tekanan ventrikel pertama kali melebihi tekanan atrium, bunyi jantung pertama menandakan sistol ventrikel. Penutupan katup semilunaris terjadi pada awal relaksasi ventrikel ketika tekanan ventrikel kanan dan kiri turun di bawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Dengan demikian, bunyi jantung kedua menandakan permulaan diastol ventrikel.
                        Bunyi irama denyut jantung OP dihitung selama 30 detik dalam keadaan istirahat atau  normal. Kemudian selanjutnya juga dihitung denyut jantung OP setelah OP beraktivitas olahraga selama 10 menit. Hal tersebut dilakukan agar dapat melihat perbandingan denyut jantung pada keadaan istirahat dan saat aktivitas.
                        Dari delapan OP  pada pengamatan diperoleh hasil rata-rata denyut jantung saat istirahat adalah 38,125 kali per 30 detik atau 76,25 kali/menit. Sedangkan rata-rata denyut jantung setelah beraktivitas adalah 50,125 kali per 30 detik atau 100,25 kali/menit. Berdasarkan  referensi, denyut jantung normal orang dewasa adalah 55 sampai 90 kali/menit dengan rata-rata 70 kali/menit. Berarti hasil percobaan ini menunjukan bahwa delapan OP memiliki kecepatan denyut jantung yang normal dengan kecepatan terendah pada Noor yaitu 50 kali/menit dan tertinggi pada lia dan trisia yaitu 90 kali/menit.
                        Terdapat perubahan yang meningkat dari kecepatan denyut jantung istirahat dengan denyut jantung aktivitas. Hal tersebut dapat dilihat dari irama denyut jantung saat istirahat dari teratur menjadi lebih cepat saat aktivitas, begitu pula dengan kekuatan denyut jantung yang semakin kuat pada saat aktivitas. Perubahan tersebut terjadi karena saat berolahraga jantung dirangsang untuk berkontraksi lebih cepat. Pada saat aktivitas terjadi peningkatan metabolisme sel-sel otot, sehingga aliran darah meningkat untuk memindahkan zat-zat makanan dari darah yang dibutuhkan jaringan otot sehingga curah jantung akan meningkat untuk mensuplai kebutuhan zat makanan melalui peningkatan aliran darah. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan frekuensi denyut jantung yang akan meningkatkan denyut nadi pada akhirnya. Kecepatan denyut jantung mengalami peningkatan juga akibat adanya peningkatan aktivitas simpatis yang diiringi oleh penurunan aktivitas parasimpatis. Kekuatan denyut jantung yang kuat juga karena otot berkontraksi dan menyebabkan tekanan sistol pada aorta/pulmonalis meningkat sehingga menyebabkan katup yang berhubungan menutup dengan cepat pada akhir sistol. Hal ini mengakibatkan timbulnya letupan yang kuat sehingga menimbulkan bunyi yang keras dan tajam. 
            Dalam sebuah referensi terdapat tabel efek berbagai keadaan atas curah jantung, yaitu sebagai berikut:

Keadaan atau faktor
Tak ada perlakuan
Tidur
Perubahan sedang dalam suhu lingkungan
Meningkat
Ansietas dan kegembiraan (50-100%)
Makan (30%)
Gerak badan (sampai 700%)
Suhu lingkungan tinggi
Kehamilan
Epinephrine
Histamin
Menurun
Duduk atau berdiri dari posisi berbaring (20-30%)
Aritmia cepat
Penyakit jantung
                        Dalam tabel tersebut dapat terlihat bahwa denyut jantung akan meningkat karena faktor aktivitas atau gerak badan, yaitu hingga 700%. Sedangkan denyut jantung akan menurun dalam keadaan duduk atau istirahat. Selain aktivitas denyut jantung juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kebugaran fisik dan suhu tubuh.
                        Berdasarkan teori, irama denyut jantung pada waktu istirahat tidak teratur, sedangkan irama denyut jantung setelah beraktivitas teratur. Hal ini dikarenakan aktivitas mempengaruhi kecepatan kontraksi jantung. Kontraksi jantung dipengaruhi oleh rangsangan yang sampai pada jantung melalui saraf vagus dan simpatetik. Cabang dari urat-urat saraf ini berjalan ke nodul sinus-atrial. Pengaruh dari sistem simpatetik ini mempercepat irama jantung. Dan pengaruh dari vagus yang merupakan bagian dari slstem parasimpatetik atau sistem otonom yang menyebabkan gerakan jantung diperlambat atau dihambat.
                        Secara normal jantung selalu mendapat hambatan dari vagus, akan tetapi bila  vagus /”rem” ditiadakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh sewaktu bergerak cepat, maka irama debaran jantung bertambah secara teratur. Selain itu, irama ini disebabkan karena pada saat kontraksi jantung bertambah, kebutuhan oksigen jantung juga meningkat sehingga membutuhkan peningkatan aliran darah koroner. Hal ini mengakibatkan peningkatan volume sekuncup dan  meningkatkan frekuensi denyut jantung. Sebaliknya, sewaktu tubuh istirahat dan jiwanya tenang maka iramanya lebih perlahan.

3.      Tekanan Darah
                        Mengukur tekanan darah arterial menggunakan alat yang disebut sfignomanometer, lengan diatas dibalut dengan selambar kantung karet yang dapat digembungkan,yang terbungkus kedalam menset dan yang digendangkan dengan sebuah pompa dan manometer. Dengan memompa maka tekanan dalam kantong karet cepat naik sampai 200mmHg yang cukup untuk menjepit sama sekali arteri brachial, sehingga tidak ada darah yag lewat, dan denyut nadi pergelangan yang menghilang. Kemudian tekanan diturunkan sampai suatu titik dimana denyut dapat dirasakan atau lebih tepat bila dengan menggunakan stetoskop denyut arteri brakhialis pada lekukan siku dengan jelas dapat didengar. Pada titik ini tekanan yang tampak pada kolom air raksa pada manometer dianggap tekanan sistolik, kemudian tekanan diatas arteri brakhialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung atau pukulan denyut arteri dengan jelas  didengar atau dirasakan. Sedangkan dimana bunyi mulai menghilang dianggap tekanan diastolik.
                        Perbedaan tekanan antara sistol dan diastol disebut tekanan nadi dan normalnya berkisar atara 30 sampai 50 mmHg. Batas terendah tekanan sistol pada orang dewasa diperkirakan 105mmHg, dan batas teratas ialah 150mmHg. Pada wanita tekanan darahnya ialah 5 sampai 10mmHg lebih rendah dari pada pria.
                        Berdasarkan hasil percobaan didapatkan hasil bahwa dalam keadaan istirahat, tekanan sistol dan diastol ke delapan o.p dalam keadaan normal. Sedangkan dalam keadaan setelah beraktivitas, tekanan sistol menjadi lebih meningkat dari keadaan istirahat. Hal ini disebabkan kerja jantung yang menjadi lebih cepat dan meningkat setelah melakukan aktivitas yang kemudian menyebabkan tekanan maksimum pada aorta meningkat. Tekanan darah manusia senantiasa berayun-ayun antara tinggi dan rendah sesuai dengan detak jantung. Beberapa hal yang mempengaruhi dalam pemeriksaan tekanan darah, yaitu posisi dan kondisi. Pengukuran tekanan darah dalam keadaan duduk, akan memberikan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring, meskipun selisihnya relatif kecil. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh kondisi pada saat pengukuran, pada orang yang baru bangun tidur akan didapatkan tekanan darah paling rendah, yang dinamakan tekanan darah basal. Tekanan darah yang diukur setelah berjalan kaki atau aktivitas fisik lain akan memberi angka yang lebih tinggi dan disebut tekanan darah kasual (Gunawan, 2007). Pada saat frekuensi denyut jantung cepat , tekanan arteri turun secara tajam selama fase ejeksi sistolik ventrikel karena katup atrioventrikulat tertarik kebawah meningkatkan   kapasitas atrium. Kerja ini menyedot darah ke atrium dari vena besar. Sedotan darah ke atrium selama sistolik turut membantu secara nyata pada arus balik vena (Ganong, 2002).
                        Batasan tekanan darah menurut WHO :
Tekanan sistolik
(mm.Hg)
Tekanan diastolik
(mm.Hg)
Klasifikasi
< 140
141 – 159
>160
< 90
91    -94
>95
Normotensi
Perbatasan
Hipertensi
Sumber, WHO. 1992
                        Berdasarkan tabel batasan tekanan darah menurut WHO, o.p pada percobaan tekanan darah dapat dikatakan bahwa seluruh OP dalam keadaan Normotensi, walaupun terdapat salah satu OP setelah beraktivitas yang memilki tekanan sistol yang sangat tinggi yaitu 180 akan tetapi OPtersebut memiliki tekanan diastol yang rendah yaitu 55. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Dikatakan hipertensi jika didapatkan ukuran yang tinggi (misalnya 160/90 mmHg) sebanyak dua kali dalam tiga kali pengukuran, selama paling sedikit dua bulan (Beevers, 2002).

G.    KESIMPULAN
1.      Gerak Refleks
a.       Tempat pengukuran tendon yaitu tendon biseps dan triseps pada lengan tangan, sedangkan tendon patellar dan achilles pada kaki.
b.      Pengukuran tendon dilakukan dengan memukulkan palu refleks pada tendon tersebut.
c.       Kekuatan refleks pada OP bernilai variatif yaitu 1 atau 2 atau 3, tidak ada OP yang memiliki kekuatan efleks dengan nilai 0 dan 4.
d.      Respon refleks yang muncul pada pengukuran tendon bisep dan achilles adalah fleksi, sedangkan respon refleks yang muncul pada pengukuran tendon trisep dan patellar adalah ekstensi.

2.      Denyut Jantung
·         Pengukuran denyut jantung dilakukan dengan metode ausculatation menggunakan stetoskop yang diletakkan pada apeks jantung di daerah interkostal kelima sebelah dalam garis midklavikula.
·         Denyut jantung merupakan kombinasi antara bunyi jantung akibat penutupan katup atrioventrikular (AV)  dengan penutupan katup semilunaris. Bunyi yang terdengar dalam keadaan normal adalah ”lub, dup, lub, dup, lub, dup,. . .”.
·         Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut jantung adalah aktivitas, usia, jenis kelamin, kebugaran fisik dan suhu tubuh.
·         Denyut jantung  rata-rata OP  saat istirahat adalah 38,125 kali per 30 detik atau 76,25 kali/menit. Sedangkan rata-rata denyut jantung setelah beraktivitas adalah 50,125 kali per 30 detik atau 100,25 kali/menit.
·         Pengaruh aktivitas terhadap denyut jantung adalah kecepatan denyut jantung meningkat daripada denyut jantung pada waktu istirahat.



DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2004. Biologi Edisi kelima_jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Guyton, Athur C. 2006. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human Physiology and Mechanisms of Disease).Jakarta : EGC.
Pearce, Evelyn. 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta: ECG.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Ganong, William F., MD., 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20.
Jakarta: EGC.
Guyton, A & Hall, J.2002.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Edisi 9. Jakarta
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem . Edisi 2.
Jakarta : EGC.
Gunawan, Lany. 2007. Hipertensi, Penyakit Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Kanisius.
Ganong, William. F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Prof.D.G. Beevers. 2002. Seri Kesehatan Bimbungan Dokter pada Tekanan Darah.  Dian Rakyat.
C. Pearce, Evelyn. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Ganong, William F. 2001. Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar