A.
JUDUL
PERCOBAAN
Gerak Refleks,
Denyut Jantung, dan Tekanan Darah.
B.
TUJUAN
1.
Gerak
Refleks
·
Mengetahui
tempat-tempat pengukuran tendon.
·
Mengetahui
cara pengukuran tendon.
·
Melakukan
pemeriksaan reflek tendon.
·
Mengetahui
gerak refleks yang timbul.
2.
Denyut
Jantung
· Mengetahui
tempat pengukuran denyut jantung.
· Mengetahui
karakteristik denyut jantung.
· Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi denyut jantung.
· Mengetahui cara mengukur denyut jantung.
· Mengukur denyut jantung.
· Mengamati dan mempelajari pengaruh aktivitas tubuh
terhadap denyut jantung
3.
Tekanan
Darah
·
Mengetahui tempat pengukuran tekanan darah.
·
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan
darah.
·
Mengetahui cara mengukur tekanan darah.
·
Melakukan pengukuran tekanan darah.
C.
TINJAUAN
PUSTAKA
1.
Gerak
Refleks
Gerak pada umumnya
terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu
gerak refleks. Dengan adanya gerak refleks dimungkinkan terjadinya kerja yang
baik dan tepat antara berbagai organ dari individu dan hubungan individu dengan
sekelilingnya. Refleks merupakan reaksi organisme terhadap perubahan lingkungan
baik di dalam maupun di luar organisme. Secara embriologi perkembangan sistem
saraf diawali dengan penebalan ectoderm pada garis middorsal. Perubahan ini
disebut neural palate, tubuh membentuk lekukan saraf (neural groove) dan
penonjolan saraf (neural crest), selanjutnya menjadi neural tube. Ujung nostral
neural tube membentuk tiga pembesaran berupa vesikel yang kemudian disebut
prosensefalon atau forebrain, mensesefalon atau midbrain, dan rombensefalon
atau hindbrain. Pada perbatasan telensefalon dan diensefalon terdapat sepasang
evaginasi yang akan membentuk retina dan nervus optikus (Syaifuddin, 2006).
Sistem saraf
mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang tindih: input sensoris, integrasi,
dan output motoris. Input adalah penghantaran atau konduksi sinyal dan reseptor
sensoris, misalnya sel-sel pendeteksi cahaya di mata, ke pusat integrasi.
Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari stimulus
reseptor sensoris oleh lingkungan. Kemudian dihubungkan dengan respon tubuh
yang sesuai. Sebagian besar integrasi dilakukan dalam sistem saraf pusat yaitu
otak dan sumsum tulang belakang (pada vertebrae). Output motoris adalah
penghantaran sinyal dari pusat integrasi, yaitu SSP, ke sel-sel efektor,
sel-sel otot atau sel kelenjar yang mengaktualisasikan respon tubuh terhadap
stimulus tersebut. Sistem saraf tersusun atas dua jenis sel yang utama : neuron
dan sel-sel pendukung disebut juga glia, yang memberikan struktur dalam sistem
saraf serta melindungi, menginsulasi, dan secara umum membantu neuron
(Campbell, 2004).
Medulla spinalis
atau sumsum tulang belakang bermula pada medulla oblongata, menjulur kearah
kaudal melalui foramen magnum, dan berakhir diantara vertebrae lumbalis pertama
dan kedua. Disini medulla spinalis meruncing sebagai konus medularis, dan
kemudian sebuah sambungan tipis dari pia mater disebut filum terminale, yang
menembus kantung durameter, bergerak menuju koksigis. Sumsum tulang belakang
berukuran panjang sekitar 45 cm ini, pada bagian depannya dibelah sebuah fisura
anterior yang dalam, sementara bagian belakang dibelah sebuah fisura yang
sempit. Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, yaitu penebalan
servikal dan penebalan lumbal. Dari penebalan ini, pleksus-pleksus saraf
bergerak guna melayani anggota badan atas dan bawah dan fleksus dari daerah
toraks membentuk saraf-saraf interkostalis (Pearce, 2006).
Gerak refleks
merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat
dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena debu, menarik kembali
tangan dari benda panas yang menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak
refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar, misalnya bukan saja tidak menarik
tangan dari benda panas bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan benda panas
itu. Saraf-saraf spinal terdiri dari tiga puluh satu saraf sumsum tulang
belakang muncul dari segmen-segmen medulla spinalis melalui dua akar, akar
anterior dan akar posterior. Serabut saraf motorik membentuk akar antrior yang
berpadu dengan serabut saraf sensorik pada akar posterior guna bersama
membentuk saraf spinalis gabungan. Penyatuan ini terjadi sebelum serabut saraf
itu melintasi foramen intervertebrali, tetapi segera setelah itu membagi diri
lagi menjadi serabut primer anterior dan serabut primer posterior. Serabut
primer posterior melayani kulit dan otot punggung sedang serabut primer
anterior membentuk berbagai cabang yang menjadi fleksus saraf anggota gerak dan
membentuk saraf-saraf interkostalis pada daerah torax ( Pearce, 2009).
Mekanisme gerak
refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-tiba diluar kesadaran
kita. Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks dari rangsangan
yang berbahaya, merupakan suatu reaksi perlindungan. Refleks ekstensor
(polisinaps), rangsangan dari reseptor perifer yang dimulai dari fleksi pada
anggota badan yang juga berkaitan dengan ekstensi anggota badan. Gerak refleks
merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat
dari gerak sadar. Misalnya, menutup mata pada saat terkena debu. Untuk
terjadinya gerak refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut : organ
sensorik yang menerima impuls misalnya kulit. Serabut saraf sensorik yang
menghantarkan impuls tersebut menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan
selanjutnya serabut sel-sel akan melanjutkan impuls-impuls menuju substansi
pada kornu posterior medulla spinalis. Sumsum tulang belakang menghubungkan
antara impuls menuju kornu anterior medulla spinalis. Sel saraf menerima impuls
dan menghantar impuls-impuls ini melalui serabut motorik. Organ motorik
melaksanakan rangsangan karena dirangsang oleh impuls saraf motorik
(Syaifuddin, 2009).
Bila impuls yang
dihantarkan dari bagian atas sistem saraf pusat ke medula spinalis terdapat
dalam jumlah besar, maka otot berkonstraksi denga berlebihan. Sebaliknya ketika
penghantaran rangsangan ini berkurang atau tidak ada sama sekali, maka
konstraksi otot menjadi lemah atau hilang. Lesi di area motorik korteks serebri
mengakibatkan menghilangnya konstraksi otot dibagian tubuh dengan arah yang
berlawanan (Guyton, 2006).
Pengetukan tendon patellaakan
secara pasif meregangkan otot kuadaseps dan mengaktifkan reseptor
gelendong-gelendongnya. Reflek regang yang terjadi menimbulkan konstraksi otot
ekstensor, sehingga lutut mengalami ekstensi dan mengangkat tungkai bawah
dengan cara yang khas. Hal yang serupa juga terjadi pada reflek biseps dan
triseps (Sherwood, 2001).
2.
Denyut
Jantung
Jantung adalah organ
berotot berongga dengan ukuran sekepalan. Jantung terletak di rongga dada
sekitar garis tengah antara sternum di sebelah anterior dan vertebra di sebelah
posterior. Jantung memiliki pangkal yang lebar disebelah atas dan meruncing
membentuk ujung yang disebut apeks dasar. Jantung membentuk sudut terhadap
sternum, sehingga pangkalnya terutama berada di kanan dan apeks di kiri
sternum. Sewaktu jantung berdenyut, terutama sewaktu berkontraksi secara kuat,
apeks sebenarnya membentur bagian dalam dinding dada di sebelah kiri. Walaupun
secara anatomis jantung adalah satu organ, sisi kanan dan kiri jantung
berfungsi sebagai dua pompa yang terpisah. Jantung dibagi menjadi separuh kanan
dan kiri serta memiliki empat bilik, bilik bagian atas dan bawah di kedua
belahannya (Sherwood, 2001).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi denyut jantung antara lain; usia, ukuran tubuh, posisi tubuh,
latihan fisik, dan faktor lain seperti kerja otot, suhu tubuh, ketinggian
tempat dan suhu lingkungan. Hewan yang kecil memiliki kecepatan denyut jantung
lebih besar dibandingkan dengan hewan yang bertubuh lebih besar. Kecepatan
denyut jantung akan meningkat karena pengaruh suhu eksternal yang tinggi (Sherwood,
2001).
Denyut jantung
(denyut apikal) adalah bunyi yang terdengar melalui stetoskop selama kontraksi
jantung. S1 adalah bunyi akibat tertutupnya katup trikuspidalis dan
mitral. Sedangkan S2 adalah bunyi akibat tertutupnya katup pulmonal
dan atrial. Setiap denyut merupakan kombinasi antara bunyi jantung S1 dan
S2. kecepatan normal denyut jantung pada orang dewasa adalah 55
sampai 90 kali/ menit dengan rata-rata 70 kali/ menit. Denyut apikal merupakan
pengukuran frekuensi dan irama kontraksi jantung yang paling banyak.
Kecepatan denyut
jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi oleh penghidupan,
pekerjaan, makanan, umur, dan emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus jantung. Kalau jumlah denyut
ada 70 maka berarti siklus jantung 70 kali semenit juga (Evelyn, 2006).
Dua bunyi jantung
utama dalam keadaan normal dapat didengar dengan stetoskop selama siklus
jantung. Bunyi jantung pertama bernada rendah, lunak, dan relatif lama – sering
dikatakan terdengar seperti ”lub”. Bunyi jantung kedua memiliki nada yang memiliki
nada yang lebih tinggi, lebih singkat dan tajam – sering dikatakan terdengar
seperti ”dup”. Dengan demikian, dalam keadaan normal terdengar ”lub, dup, lub,
dup, lub, dup, . . . .” Bunyi jantung pertama berkaitan dengan penutupan katup
AV, sedangkan bunyi kedua berkaitan dengan penutupan katup semilunaris.
Pembukaan katup tidak menimbulkan bunyi apapun. Bunyi timbul karena getaran
yang terjadi di dinding ventrikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup,
bukan oleh derik penutupan katup. Karena penutupan katup AV terjadi pada awal
kontraksi ventrikel ketika tekanan ventrikel pertama kali melebihi tekanan
atrium, bunyi jantung pertama menandakan awitan sistol ventrikel. Penutupan
katup semilunaris terjadi pada awal relaksasi ventrikel ketika tekanan ventrikel
kanan dan kiri turun di bawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Dengan
demikian, bunyi jantung kedua menandakan permulaan diastol ventrikel (Sherwood,
2001).
Debaran jantung
atau lebih tepat deparan apex, adalah pukulan ventrikel kiri kepada dinding
anterior yang terjadi selama kontraksi ventrikel. Debaran ini dapat diraba, dan
sering terlihat juga pada ruang interkostal kelima kiri, kira-kira empat
sentimeter dari garis tengah sternum.
Pada orang yang
sedang istirahat jantungnya berdebar sekitar 70 kali semenit dan memompa 70ml
setiap denyut (volume denyutan adalah 70 ml). Jumlah darah yang setiap menit
dipompa dengan demikian adalah 70 x 70 ml atau sekitar 5 liter. Sewaktu banyak
bergerak kecepatan jantung dapat menjadi 150 setiap menit dan volume denyut
lebih dari 150 ml, yang membuat daya pompa jantung 20 sampai 25 liter setiap
menit. Tiap menit sejumlah
volume yang tepat sama kembali dari vena ke jantung. Akan tetapi, bila
pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan
daya pompa jantung, maka terjadi payah jantung. Vena-vena besar dekat jantung menjadi membengkak berisi
darah, sehingga tekanan dalam vena naik. Dan kalau keadaan ini tidak dapat
ditangani maka terjadi udema.
Udema karena payah
jantung sebagian karena adanya tekanan-balik di dalam vena yang meningkatkan
perembesan cairan keluar dari kapiler dan sebagian karena daya pompa jantung
rendah yang juga mengurangi pengantaran darah ke ginjal. Maka ginjal gagal
mengeluarkan garam. Penimbunan garam menyebabkan penimbuanan air (Evelyn,
2006).
Urutan normal
bagian-bagian jantung yang berdenyut: kontraksi atrium (sistolik atrium)
diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistolik ventrikel) dan selama
diastolik ke empat ruangan relaksasi. Denyut jantung berasal khusus dari sistem
konduksi jantung dan menyebar melalui sistem ini ke seluruh bagian miokardium.
Struktur yang membentuk sistem konduksi adalah nodus sinoatriale (nodus
SA), lintasan internodal atrium, nodus atrioventrikuler (nodus
AV), berkas His, cabang-cabangnya, dan sistem Purkinye. Berbagai
bagian sistem konduksi ini dan, dalam keadaan abnormal, bagian-bagian
miokardium secara spontan mampu mengeluarkan rangsangan. Tetapi dalam keadaan
normal nodus SA mengeluarkan impuls paling cepat, depolarisasi menyebar dari SA
ke bagian-bagian lain sebelum bagian ini mengeluarkan impuls secara spontan.
Oleh karena itu, dalam keadaan normal vodus SA merupakan alat pacu jantung (pacemaker)
normal, kecepatan mengeluarkan impuls menentukan frekuensi denyut jantung.
Impuls yang ditimbulkan paada nodus SA berjalan melalui lintasan atrium ke
nodus AV, melalui lintasan atrium ke nodus AV, melalui nodus ini ke bunder His
dan melalui cabang-cabang berkas His dengan perantaraan sistem Purkinye ke otot
ventrikel (Ganong, 2001).
Olahraga
memang baik untuk kesehatan kita. Namun, bila terlalu berat dan melebihi batas
kekuatan tubuh dan atau juga kurang, olahraga justru akan menjadi tidak
efektif. Batas-batas kekuatan tubuh dapat dilihat dari detak jantung selama
berolahraga. Memonitor detak jantung saat berolaraga sebaiknya dilakukan
sebagai bagian dalam latihan rutin Anda. Pemonitoran detak jantung ini akan
membuat latihan Anda lebih aman dan lebih efektif.
Di
bawah ini ada cara mudah untuk mengetahui batas-batas detak jantung Anda:
- Perkirakan
maksimum detak jantung Anda dengan melakukan pengurangan dari 220 dengan jumlah
umur Anda.
- Mengetahui batas bawah detak jantung Anda
saat berolahraga, dengan mengalikan detakjantungmaksimumAndadengan0,6.
- Mengetahui batas atas detak jantung Anda saat
berolahraga, dengan mengalikan detak jantung maksimum Anda dengan 0,9
Dr. Lynn Fitzgerald, seorang ahli
kekebalan tubuh pada Rumah Sakit George di London dan juga juara dunia 200 km
wanita, menguji darah para pelari setelah pertandingan 100 km dan menemukan
tingkat antibody mereka rendah. Bahkan sangat rendah dibandingkan sebelum
pertandingan. Tampaknya bahwa T-sel (antibody) tertekan oleh tingginya kadar
adrenalin dan kortikosteroid (hormon stress) yang dihasilkan oleh latihan gerak
badan itu. Sementara gerak badan yang secukupnya (sedang) meningkatkan sistim
kekebalan, terlalu banyak gerak badan melemahkan tubuh.
3.
Tekanan
Darah
Tidak ada nilai tekanan darah 'normal'
yang tepat, namun dihitung berdasarkan
rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru
saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang
tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien
tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik
140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.
Tekanan darah dalam kehidupan
seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah
daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh
aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat
melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari
dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
Bila tekanan darah diketahui
lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah
tinggi mesti sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan
tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat.
Tekanan yang diciptakan oleh
kontraksi ventrikel adalah kekuatan pendorong untuk aliran darah melalui pembuluh dari sistem. Ketika darah
meninggalkan ventrikel kiri, aorta dan arteri diperluas
untuk mengakomodasi hal itu. Ketika ventrikel relaks dan
menutup katup semilunar, dinding elastis arteri mundur, mendorong
darah maju ke arteri yang lebih kecil dan arteriol.
Dengan mempertahankan tekanan
aliran darah selama ventrikel berelaksasi, arteri terus-menerus menghasilkan aliran darah melalui pembuluh darah.
Sirkulasi arus di sisi arteri berdenyut, mencerminkan
perubahan dalam tekanan arteri sepanjang siklus jantung. Ketika melewati arteriol, gelombang menghilang.
Dalam sirkulasi sistemik,
tekanan darah tertinggi terletak pada arteri dan terendah di pembuluh darah kecil. Tekanan darah tertinggi di arteri
dan jatuh terus seperti darah mengalir melalui sistem
sirkulasi. Penurunan tekanan terjadi karena energi yang
hilang akibat hambatan dari pembuluh darah. Resistensi terhadap aliran darah juga berasal dari gesekan antara sel-sel darah.
Dalam sirkulasi sistemik,
tekanan tertinggi terjadi di dalam aorta dan mencerminkan tekanan diciptakan oleh ventrikel kiri. Tekanan aorta
mencapai tinggi rata-rata 120 mm Hg selama sistol
ventrikel, kemudian terus menurun dari 80 mm Hg selama
diastol ventrikel. Perhatikan bahwa meskipun tekanan dalam ventrikel turun menjadi hampir 0 mm Hg sebagai ventrikel relaks, tekanan
diastolik dalam arteri besar masih relatif tinggi.
Tekanan diastolik yang tinggi dalam arteri mencerminkan
kemampuan wadahnya untuk menangkap dan menyimpan energi dalam
dinding elastis.
Peningkatan tekanan yang cepat
terjadi saat ventrikel kiri mendorong darah ke aorta dapat ditinggalkan sebagai denyut nadi, atau tekanan
gelombang, diteruskan melalui arteri berisi cairan dari
sistem kardiovaskular. Gelombang tekanan sekitar 10 kali
lebih cepat dari darah itu sendiri.
D.
METODOLOGI
1.
Gerak
Refleks
a.
Waktu
dan Tempat Praktikum : kamis tanggal 31 Maret 2011 di Laboratorium Fisiologi
UNJ.
b. Alat dan Bahan : palu refleks dan objek penelitian (OP)
mahasiswa.
c.
Cara
Kerja :
1. Refleks Biseps
a.
Membuka
lengan baju sampai di atas siku.
b. Pemeriksa menyangga tangan OP hingga posisi fleksi 90°.
c.
Mencari
tendon biseps dengan cara merasa bagian distal otot biseps. Jika antebrachil
fleksi maksimal maka tendon teraba bergerak.
d. Memukul dengan palu refleks pada bagian tendon tersebut.
e.
Bila
terdapat gerakan halus pada tendon otot sampai dengan gerakan fleksi pada
antebrachi maka dikatakan refleks biseps positif (+).
2. Refleks Triseps
a.
Membuka
lengan baju sampai di atas siku.
b. Pemeriksa menyangga tangan OP hingga posisi adduksi.
c.
Mencari
tendon otot brachil triseps dengan cara merasa bagian distal otot triseps. Jika
antebrachil adduksi maksimal maka tendon teraba bergerak.
d. Memukul dengan palu refleks pada bagian tendon tersebut.
e.
Bila
terdapat gerakan halus pada tendon otot sampai dengan gerakan adduksi pada
antebrachil maka dikatakan refleks biseps positif (+).
3. Refleks Patellar
a.
OP
duduk dengan posisi menggantung.
b. Raba bagian distal lutut untuk mencari tendon patella.
c.
Memukul
dengan palu reflek pada bagian tendon tersebut.
d. Bila terdapat gerakan ekstensi cruris maka dikatakan
refleks patella positif (+).
4. Refleks Achilles
a.
OP
duduk dengan posisi kaki sejajar dengan lantai.
b. Raba bagian tendon achilles.
c.
Memukul
dengan palu reflek pada bagian tendon tersebut.
d. Bila terdapat gerakan dorso fleksi maka dikatakan refleks
achilles positif (+).
2.
Denyut
Jantung
a. Waktu dan Tempat Praktikum : kamis tanggal 31 Maret 2011
di Laboratorium Fisiologi UNJ.
b. Alat dan Bahan : Stetoskop, Jam, Lampu senter, dan objek
penelitian (OP) mahasiswa.
c. Cara Kerja :
1.
OP
diminta berbaring/duduk dengan tenang. Dilepaskan pakaian sehingga dada bagian kiri dapat terlihat. Diberikan sinar pada dada bagian
kiri di daerah interkostal kelima sebelah dalam garis midklavikula agar denyut jantung
terlihat lebih jelas.
2.
Dengan
palpasi, ditentukan letak apeks jantung (tempat dimana denyut jantung teraba paling kuat). Diletakkan stetoskop pada apeks dan
auskultasi bunyi jantung S1 dan S2 (terdengar seperti ”
lub dub”). Bila irama S1 dan S2 terdengar teratur,
dihitung kecepatannya
selama 30 detik. Diulangi latihan ini sampai memperoleh hasil yang sama.
3.
OP
diminta melakuakn aktivitas (olahraga) selama 10 menit. Dilakukan pengukuran denyut jantung dengan cara yang sama seperti di atas dan
dicatat hasil pengukuran.
E.
HASIL
1.
Gerak
Refleks
Tabel 1. Hasil
Pengamatan Refleks
No.
|
Nama OP
|
Respon Refleks
|
|||
Biseps
|
Triseps
|
Patellar
|
Achilles
|
||
1
|
Silvani
Permata Sari
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
Siti Jumroh
|
1
|
2
|
3
|
2
|
3
|
Dwi Lusi
Riadona.
|
2
|
2
|
2
|
1
|
4
|
Nurul Fatiah
|
2
|
1
|
2
|
1
|
5
|
Nurul Afani
|
3
|
3
|
3
|
3
|
6
|
Veny
Wurtaningrum
|
2
|
1
|
2
|
2
|
7
|
Kusfebriani
|
2
|
2
|
2
|
2
|
8
|
Yunita
Kurniasih
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2.
Denyut
Jantung
Tabel
2. Hasil Pengamatan Denyut Jantung
No.
|
Nama OP
|
Usia
|
Jenis kelamin
|
Denyut Jantung
|
|||||
Kecepatan
|
Irama
|
Kekuatan
|
|||||||
Istirahat
|
Aktivitas
|
Istirahat
|
Aktivitas
|
Istirahat
|
Aktivitas
|
||||
1.
|
Lia
|
21
|
P
|
45
|
54
|
Teratur
|
Lebih cepat
|
Normal
|
Lebih kuat
|
2.
|
Rosid
|
20
|
L
|
37
|
46
|
Teratur
|
Lebih cepat
|
Normal
|
Lebih kuat
|
3.
|
Fitriyani
|
21
|
P
|
37
|
71
|
Teratur
|
Lebih cepat
|
Normal
|
Lebih kuat
|
4.
|
Noor
|
19
|
L
|
25
|
33
|
Teratur
|
Lebih cepat
|
Normal
|
Lebih kuat
|
5.
|
Trisia
|
20
|
P
|
45
|
55
|
Teratur
|
Lebih cepat
|
Normal
|
Lebih kuat
|
6.
|
Rani D
|
20
|
P
|
38
|
50
|
Tidak stabil
|
Cepat
|
Normal
|
Lebih kuat
|
7.
|
Rani R
|
20
|
P
|
36
|
43
|
Teratur
|
Lebih cepat
|
Normal
|
Lebih kuat
|
8.
|
Rafika
|
20
|
P
|
43
|
49
|
Teratur
|
Lebih cepat
|
Normal
|
Lebih kuat
|
3.
Tekanan
Darah
Tabel 3. Hasil Pengamatan Tekanan Darah
No
|
OP
|
Usia
|
Sistol
|
Diastol
|
Nadi
|
|||
Istirahat
|
Aktivitas
|
Istirahat
|
Aktivitas
|
Istirahat
|
Aktivitas
|
|||
1
|
Vivi Vilianti
|
20
|
100
|
110
|
70
|
76
|
30
|
30
|
2
|
Lela
Juwita S
|
21
|
120
|
180
|
80
|
55
|
40
|
125
|
3
|
Dwilusi
R
|
21
|
80
|
120
|
60
|
78
|
20
|
42
|
4
|
Noor
Andriyan
|
21
|
100
|
110
|
70
|
70
|
30
|
40
|
5
|
Nessa
N
|
19
|
108
|
120
|
60
|
70
|
40
|
50
|
6
|
Witri
R
|
21
|
100
|
120
|
80
|
80
|
20
|
40
|
7
|
Fina
L
|
21
|
90
|
110
|
60
|
70
|
30
|
40
|
8
|
Siti
Hadianti
|
20
|
85
|
100
|
60
|
65
|
20
|
35
|
F.
PEMBAHASAN
1.
Gerak
Refleks
Pada percobaan pengukuran refleks dilakukan pada 4
tendon yaitu biseps, triseps, patellar, dan achilles. Tendon biseps dan triseps
adalah tendon yang terdapat pada lengan tangan, sedangkan tendon patellar dan
achilles adalah tendon yang terdapat pada kaki. Untuk mengetahui kekuatan
refleks dari keempat tendon tersebut maka tendon tersebut diberi perlakuan
yaitu dengan dipukul menggunakan palu refleks. Pemukulan dengan palu refleks
dilakukan dengan tujuan untuk memberikan impuls atau rangsangan kepada reseptor
yang berada di tendon yang diperiksa. Kekuatan refleks dapat dilambangkan
dengan angka yaitu :
a.
Angka 0, jika tidak ada respons (refleks).
b.
Angka 1, jika terjadi respons (refleks) yang lemah
(hiporefleksik).
c.
Angka 2, jika terjadi respons (refleks) yang normal.
d.
Angka 3, jika terjadi respons (refleks) yang lebih
cepat dari normal (hiperrefleksik).
e.
Angka 4, jika terjadi klonus.
Respons refleks pada tendon otot biseps ada 1 OP
berespons lemah, 5 OP berespons normal, dan 2 OP berespons hiperrefleksik.
Respons refleks pada tendon otot triseps ada 3 OP berespons lemah, 3 OP
berespons normal, dan 2 OP berespons hiperrefleksik. Respons refleks pada
tendon otot patellar ada 5 OP berespons
normal dan 3 OP berespons
hiperrefleksik. Respons refleks pada tendon otot achilles ada 3 OP berespons
lemah, 3 OP berespons normal, dan 2 OP berespons hiperrefleksik.
Perbedaan kekuatan refleks OP yang ditimbulkan,
karena beberapa faktor, seperti kekuatan pukulan palu reflek pada tendon,
kepekaan tendon, kesadaran OP, dan kebiasaan OP tersebut. Meskipun demikian,
dalam praktikum ini ada OP yang memiliki kekuatan refleks yang sama pada semua
tendon yang diperiksa. OP yang memiliki kekuatan yang sama pada semua tendon
yang diperiksa yaitu OP Silvani Permata Sari dan Nurul Afani, yang sama-sama
memiliki kekuatan refleks tendon biseps, triseps, patellar, dan achilles yang
dilambangkan dengan angka 3, yang berarti terjadi respons (refleks) yang lebih
cepat dari normal (hiperrefleksik). Selain kedua OP tersebut, juga ada OP lain
yang memiliki kekuatan yang sama yaitu antara OP Nurul Fatiah dan Yunita
Kurniasih, yang sama-sama memiliki kekuatan refleks tendon triseps dan achilles
yang dilambangkan dengan angka 1 yang berarti terjadi respons (refleks) yang
lemah (hiporefleksik), sedangkan kekuatan refleks tendon biseps dan patellar
dilambangkan dengan angka 2 yang berarti terjadi respon (refleks) yang normal.
Dari hasil percobaan tidak ada OP yang memiliki kekuatan refleks
bernilai 0, hal tersebut menunjukan bahwa semua OP memberikan respons (refleks)
saat diberi perlakuan dengan dipukul menggunakan palu refleks, Dari hasil percobaan juga tidak ada OP yang
memiliki kekuatan refleks bernilai 4, hal ini menunjukan bahwa tidak ada OP
yang memberikan respons (refleks) hingga terjadi klonus, saat diberi perlakuan
dengan dipukul menggunakan palu refleks. Kekuatan refleks pada OP bernilai
variatif yaitu 1 atau 2 atau 3.
Ketika
dilakukan ketukan pada tendon otot biseps terjadi respon berupa fleksi lengan pada siku dan supinasi.
Sedangkan jika tendon otot triseps diketuk, maka respon yang terjadi
berupa ekstensi lengan dan supinasi. Sedangkan pada tendon patella diketuk dengan palu dan respon yang terjadi
berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps. Pada Achilles Pess
Refleks (APR), tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan. Respon yang terjadi ketika tendo Achilles diketuk berupa fleksi dari kaki dan kontraksi
otot gastrocnemius.
2.
Denyut
Jantung
Pengukuran denyut
jantung dilakukan dengan menggunakan stetoskop yang diletakkan pada apeks
jantung di daerah interkostal kelima sebelah dalam garis midklavikula, pada
wanita lebih mudahnya berada di bawah glandula mamae. Stetoskop digunakan untuk
mempermudah mendengar dua bunyi jantung utama selama siklus jantung. Mendengarkan
denyut jantung menggunakan stetoskop, merupakan sebuah proses yang
dikenal sebagai ausculatation, yaitu metode pengukuran kecepatan denyut jantung
yang lebih akurat.
Berdasarkan Sherwood
(2001), bunyi jantung
pertama bernada rendah, lunak, dan relatif lama, sering
dikatakan terdengar seperti ”lub”. Bunyi jantung kedua memiliki nada yang
memiliki nada yang lebih tinggi, lebih singkat dan tajam-sering
dikatakan terdengar seperti ”dup”. Dengan demikian, dalam keadaan normal terdengar
”lub, dup, lub, dup, lub, dup, . . . .” Bunyi jantung pertama berkaitan dengan
penutupan katup atrioventrikular
(AV) yang terletak di antara ventrikel dan atrium, sedangkan bunyi kedua berkaitan dengan penutupan katup
semilunaris. Pembukaan katup tidak menimbulkan bunyi apapun. Bunyi timbul
karena getaran yang terjadi di dinding ventrikel dan arteri-arteri besar ketika
katup menutup, bukan oleh derik penutupan katup. Karena penutupan katup AV
terjadi pada awal kontraksi ventrikel ketika tekanan ventrikel pertama kali
melebihi tekanan atrium, bunyi jantung pertama menandakan sistol ventrikel.
Penutupan katup semilunaris terjadi pada awal relaksasi ventrikel ketika
tekanan ventrikel kanan dan kiri turun di bawah tekanan aorta dan arteri
pulmonalis. Dengan demikian, bunyi jantung kedua menandakan permulaan diastol
ventrikel.
Bunyi irama denyut jantung OP dihitung selama 30 detik
dalam keadaan istirahat atau normal.
Kemudian selanjutnya juga dihitung denyut jantung OP setelah OP beraktivitas
olahraga selama 10 menit. Hal tersebut dilakukan agar dapat melihat
perbandingan denyut jantung pada keadaan istirahat dan saat aktivitas.
Dari delapan OP pada pengamatan diperoleh hasil rata-rata
denyut jantung saat istirahat adalah 38,125 kali per 30 detik atau 76,25 kali/menit.
Sedangkan rata-rata denyut jantung setelah beraktivitas adalah 50,125 kali per
30 detik atau 100,25 kali/menit. Berdasarkan
referensi, denyut jantung normal orang dewasa adalah 55 sampai 90
kali/menit dengan rata-rata 70 kali/menit. Berarti hasil percobaan ini
menunjukan bahwa delapan OP memiliki kecepatan denyut jantung yang normal
dengan kecepatan terendah pada Noor yaitu 50 kali/menit dan tertinggi pada lia
dan trisia yaitu 90 kali/menit.
Terdapat perubahan yang
meningkat dari kecepatan denyut jantung istirahat dengan denyut jantung
aktivitas. Hal tersebut dapat dilihat dari irama denyut jantung saat istirahat
dari teratur menjadi lebih cepat saat aktivitas, begitu pula dengan kekuatan
denyut jantung yang semakin kuat pada saat aktivitas. Perubahan tersebut
terjadi karena saat berolahraga jantung
dirangsang untuk
berkontraksi lebih cepat. Pada saat aktivitas terjadi peningkatan metabolisme
sel-sel otot, sehingga aliran darah meningkat untuk memindahkan zat-zat makanan
dari darah yang dibutuhkan jaringan otot sehingga curah jantung akan meningkat
untuk mensuplai kebutuhan zat makanan melalui peningkatan aliran darah.
Peningkatan curah jantung akan meningkatkan frekuensi denyut jantung yang akan
meningkatkan denyut nadi pada akhirnya. Kecepatan denyut jantung mengalami
peningkatan juga akibat adanya peningkatan aktivitas simpatis yang diiringi oleh penurunan
aktivitas parasimpatis. Kekuatan denyut jantung yang kuat
juga karena
otot berkontraksi dan menyebabkan tekanan sistol pada aorta/pulmonalis meningkat sehingga
menyebabkan katup yang berhubungan menutup dengan cepat pada akhir sistol. Hal
ini mengakibatkan timbulnya letupan yang kuat sehingga menimbulkan bunyi yang
keras dan tajam.
Dalam
sebuah referensi terdapat tabel efek berbagai keadaan atas curah jantung, yaitu
sebagai berikut:
|
Keadaan atau faktor
|
Tak ada perlakuan
|
Tidur
Perubahan sedang dalam suhu lingkungan
|
Meningkat
|
Ansietas dan kegembiraan (50-100%)
Makan (30%)
Gerak badan (sampai 700%)
Suhu lingkungan tinggi
Kehamilan
Epinephrine
Histamin
|
Menurun
|
Duduk atau berdiri dari posisi berbaring (20-30%)
Aritmia cepat
Penyakit jantung
|
Dalam
tabel tersebut dapat terlihat bahwa denyut jantung akan meningkat karena faktor
aktivitas atau gerak badan, yaitu hingga 700%. Sedangkan denyut jantung akan
menurun dalam keadaan duduk atau istirahat. Selain aktivitas denyut jantung
juga dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, kebugaran fisik dan suhu tubuh.
Berdasarkan teori, irama denyut jantung pada waktu
istirahat tidak teratur, sedangkan irama denyut jantung setelah beraktivitas
teratur. Hal ini dikarenakan aktivitas mempengaruhi kecepatan kontraksi
jantung. Kontraksi jantung dipengaruhi oleh rangsangan yang sampai pada jantung
melalui saraf vagus dan simpatetik. Cabang dari urat-urat saraf ini berjalan ke
nodul sinus-atrial. Pengaruh dari sistem simpatetik ini mempercepat irama
jantung. Dan pengaruh dari vagus yang merupakan bagian dari slstem
parasimpatetik atau sistem otonom yang menyebabkan gerakan jantung diperlambat atau dihambat.
Secara normal jantung selalu mendapat hambatan dari
vagus, akan tetapi bila vagus /”rem”
ditiadakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh sewaktu bergerak cepat, maka irama
debaran jantung bertambah secara teratur. Selain itu, irama ini disebabkan
karena pada saat kontraksi jantung bertambah, kebutuhan oksigen jantung juga
meningkat sehingga membutuhkan peningkatan aliran darah koroner. Hal ini
mengakibatkan peningkatan volume sekuncup dan
meningkatkan frekuensi denyut jantung. Sebaliknya, sewaktu tubuh istirahat
dan jiwanya tenang maka iramanya lebih perlahan.
3. Tekanan Darah
Mengukur
tekanan darah arterial menggunakan alat yang disebut sfignomanometer, lengan
diatas dibalut dengan selambar kantung karet yang dapat digembungkan,yang
terbungkus kedalam menset dan yang digendangkan dengan sebuah pompa dan
manometer. Dengan memompa maka tekanan dalam kantong karet cepat naik sampai
200mmHg yang cukup untuk menjepit sama sekali arteri brachial, sehingga tidak
ada darah yag lewat, dan denyut nadi pergelangan yang menghilang. Kemudian
tekanan diturunkan sampai suatu titik dimana denyut dapat dirasakan atau lebih
tepat bila dengan menggunakan stetoskop denyut arteri brakhialis pada lekukan
siku dengan jelas dapat didengar. Pada titik ini tekanan yang tampak pada kolom
air raksa pada manometer dianggap tekanan sistolik, kemudian tekanan diatas
arteri brakhialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung atau pukulan
denyut arteri dengan jelas didengar atau
dirasakan. Sedangkan dimana bunyi mulai menghilang dianggap tekanan diastolik.
Perbedaan tekanan antara sistol dan diastol
disebut tekanan nadi dan normalnya berkisar atara 30 sampai 50 mmHg. Batas
terendah tekanan sistol pada orang dewasa diperkirakan 105mmHg, dan batas
teratas ialah 150mmHg. Pada wanita tekanan darahnya ialah 5 sampai 10mmHg lebih
rendah dari pada pria.
Berdasarkan
hasil percobaan didapatkan hasil bahwa dalam keadaan istirahat, tekanan sistol
dan diastol ke delapan o.p dalam keadaan normal. Sedangkan dalam keadaan
setelah beraktivitas, tekanan sistol menjadi lebih meningkat dari keadaan
istirahat. Hal ini disebabkan kerja jantung yang menjadi lebih cepat dan
meningkat setelah melakukan aktivitas yang kemudian menyebabkan tekanan
maksimum pada aorta meningkat. Tekanan darah manusia senantiasa berayun-ayun
antara tinggi dan rendah sesuai dengan detak jantung. Beberapa hal yang
mempengaruhi dalam pemeriksaan tekanan darah, yaitu posisi dan kondisi.
Pengukuran tekanan darah dalam keadaan duduk, akan memberikan angka yang lebih
tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring, meskipun selisihnya relatif kecil.
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh kondisi pada saat pengukuran, pada orang
yang baru bangun tidur akan didapatkan tekanan darah paling rendah, yang
dinamakan tekanan darah basal. Tekanan darah yang diukur setelah berjalan kaki
atau aktivitas fisik lain akan memberi angka yang lebih tinggi dan disebut
tekanan darah kasual (Gunawan, 2007). Pada saat frekuensi denyut jantung cepat
, tekanan arteri turun secara tajam selama fase ejeksi sistolik ventrikel
karena katup atrioventrikulat tertarik kebawah meningkatkan kapasitas atrium. Kerja ini menyedot darah
ke atrium dari vena besar. Sedotan darah ke atrium selama sistolik turut
membantu secara nyata pada arus balik vena (Ganong, 2002).
Batasan
tekanan darah menurut WHO :
Tekanan sistolik
(mm.Hg)
|
Tekanan diastolik
(mm.Hg)
|
Klasifikasi
|
< 140
141 – 159
>160
|
< 90
91 -94
>95
|
Normotensi
Perbatasan
Hipertensi
|
Sumber, WHO. 1992
Berdasarkan
tabel batasan tekanan darah menurut WHO, o.p pada percobaan tekanan darah dapat
dikatakan bahwa seluruh OP dalam keadaan Normotensi, walaupun terdapat salah
satu OP setelah beraktivitas yang memilki tekanan sistol yang sangat tinggi
yaitu 180 akan tetapi OPtersebut memiliki tekanan diastol yang rendah yaitu 55.
Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai
140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau
keduanya. Dikatakan hipertensi jika didapatkan ukuran yang tinggi (misalnya
160/90 mmHg) sebanyak dua kali dalam tiga kali pengukuran, selama paling
sedikit dua bulan (Beevers, 2002).
G.
KESIMPULAN
1.
Gerak
Refleks
a.
Tempat
pengukuran tendon yaitu tendon biseps
dan triseps pada lengan tangan, sedangkan tendon patellar dan achilles pada
kaki.
b.
Pengukuran
tendon dilakukan dengan memukulkan palu refleks pada tendon tersebut.
c.
Kekuatan refleks pada OP bernilai variatif yaitu 1
atau 2 atau 3, tidak ada OP yang memiliki kekuatan efleks dengan nilai 0 dan 4.
d.
Respon refleks yang muncul pada pengukuran tendon
bisep dan achilles adalah fleksi, sedangkan respon refleks yang muncul pada
pengukuran tendon trisep dan patellar adalah ekstensi.
2.
Denyut
Jantung
·
Pengukuran
denyut jantung dilakukan dengan
metode ausculatation menggunakan stetoskop yang diletakkan pada apeks jantung
di daerah interkostal kelima sebelah dalam garis midklavikula.
·
Denyut
jantung merupakan
kombinasi antara bunyi jantung akibat penutupan katup atrioventrikular
(AV) dengan penutupan katup semilunaris. Bunyi yang terdengar dalam keadaan normal adalah
”lub, dup, lub, dup, lub, dup,. . .”.
·
Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut jantung adalah aktivitas, usia, jenis kelamin, kebugaran fisik dan suhu tubuh.
·
Denyut
jantung rata-rata OP saat istirahat adalah 38,125 kali per 30
detik atau 76,25 kali/menit. Sedangkan rata-rata denyut jantung setelah
beraktivitas adalah 50,125 kali per 30 detik atau 100,25 kali/menit.
·
Pengaruh
aktivitas terhadap denyut jantung adalah kecepatan denyut jantung meningkat
daripada denyut jantung pada waktu istirahat.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2004. Biologi Edisi
kelima_jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Guyton, Athur C. 2006. Fisiologi Manusia
dan Mekanisme Penyakit (Human Physiology and Mechanisms of Disease).Jakarta :
EGC.
Pearce, Evelyn. 2006. Anatomi Dan
Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi Dan
Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sherwood,
Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia.
Jakarta: ECG.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Tubuh Manusia
Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia
Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Ganong,
William F., MD., 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20.
Jakarta: EGC.
Guyton, A & Hall, J.2002.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC.
Edisi 9. Jakarta
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem . Edisi 2.
Jakarta : EGC.
Gunawan, Lany. 2007. Hipertensi, Penyakit Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Kanisius.
Ganong, William. F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta
: EGC.
Prof.D.G. Beevers. 2002. Seri Kesehatan Bimbungan Dokter pada Tekanan
Darah. Dian Rakyat.
C. Pearce, Evelyn. 2006. Anatomi dan
Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Ganong,
William F. 2001. Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar